Kamis 18 Mar 2021 19:03 WIB

Digital Skills Jadi Kunci Utama Kemajuan Indonesia pada 2045

Indonesia dinilai perlu melakukan reskilling dan upskilling yang sistematis.

Diskusi kolaborasi yang digelar Institute of Social Economic Digital (ISED), Google Indonesia, dan Alphabeta, konsultan strategi dan ekonomi dari Singapura, di Jakarta, Kamis (18/3).
Foto: dokpri
Diskusi kolaborasi yang digelar Institute of Social Economic Digital (ISED), Google Indonesia, dan Alphabeta, konsultan strategi dan ekonomi dari Singapura, di Jakarta, Kamis (18/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Keterampilan digital (digital skill) dinilai akan menjadi modal utama bagi bangsa Indonesia untuk mewujudkan cita-cita sebagai negara maju pada 2045 mendatang. Lewat kelihaian para generasi muda dalam mengelola teknologi digital diharapkan nantinya lahir inovasi dan terobosan yang mampu menguatkan ekonomi bangsa. 

Founder ISED Sri Adiningsih mengatakan, Indonesia Emas pada 2045 yang maju, adil sejahtera hanya bisa dicapai jika Indonesia membangun digital talent yang berdaya saing global. "Selain itu, infrastruktur digitalisasi yang berkualitas juga menuntut bisa dilakukan secara merata di seluruh Tanah Air,” ujar Sri Adiningsih dalam diskusi kolaborasi yang digelar Institute of Social Economic Digital (ISED), Google Indonesia, dan Alphabeta, konsultan strategi dan ekonomi dari Singapura, di Jakarta, Kamis (18/3).

Diskusi ISED Series ke-11 bertajuk “Digital Skills for The Future: Mewujudkan Visi Indonesia Maju 2045 melalui Peningkatan Keterampilan Digital” ini menghadirkan Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, Dirjen IKMA Kementerian Perindustrian, Direktur Bina Produktivitas Kemnaker Fahrurozi, Presiden Asosiasi Game Indonesia Cipto Adiguno, dll. 

Sri Adiningsih mengatakan, masa pandemi Covid-19 menimbulkan sejumlah ketidakpastian ekonomi dan berdampak serius pada pasar tenaga kerja. Pada  tahun 2020 perekonomian global mengalami kontraksi 4 persen sebagai dampak dari kebijakan lockdown dan pembatasan sosial yang diterapkan di hampir seluruh negara di dunia. Demikian pula di Indonesia, lanjutnya, perekonomian juga terkontraksi sebesar 2,07 persen.  

“Perubahan ekonomi ini menunjukkan adanya kesenjangan keterampilan (skills mismatches) dan menjadi tantangan besar hampir di seluruh industri,” katanya.

Menurut Sri, di tengah kondisi yang tertekan ini, Indonesia perlu melakukan reskilling dan upskilling yang sistematis agar mampu menghadapi tantangan besar tersebut. 

“Sistem pendidikan dan pelatihan di Indonesia juga perlu menyesuaikan dengan perubahan pola dan permintaan tenaga kerja, serta membuka akses pelatihan dan pengembangan keterampilan seluas-luasnya untuk semua lapisan masyarakat. Oleh karena itu, kolaborasi yang efektif antara para pemangku kepentingan adalah sebuah keharusan,” ujarnya.

Engagement Manager AlphaBeta Genevieve Lim juga mengatakan, peningkatan keterampilan digital di Indonesia akan sangat penting untuk ekonomi masa depan. Saat ini, jelas dia, pekerja dengan keterampilan digital berkontribusi sekitar Rp 908 triliun pada ekonomi Indonesia. Jumlah ini, katanya, mencapai sekitar 6 persen dari pendapatan domestik bruto. 

“Meskipun ini adalah nilai yang cukup besar, riset kami menunjukkan bahwa angka ini dapat tumbuh bahkan lima kali lebih besar, menjadi sebesar Rp 4,434 triliun pada tahun 2030 atau 16 persen dari pendapatan domestik bruto,” terang Genevieve Lim.

Dia menilai, pandemi Covid-19 telah memperbesar pentingnya keterampilan digital. Artinya, pada situasi ini, bisnis dalam sektor ekonomi apapun harus berdigitalisasi agar dapat tetap bertahan bahkan menjadi penguasa pasar. 

“Keterampilan digital tidak hanya penting untuk sektor teknologi, namun juga sektor nonteknologi. Sekitar tiga perempat (73 persen) dari nilai keterampilan digital dikontribusikan oleh pekerja di sektor non-teknologi seperti manufaktur dan layanan profesional,” ungkapnya. 

Selanjutnya dijelaskan, ada tiga area tindakan penting yang diperlukan untuk menangkap kesempatan dalam peningkatan keterampilan digital ini. Pertama, membekali tenaga kerja saat ini dengan keterampilan digital. Kedua, mempersiapkan talenta digital untuk generasi berikutnya. Ketiga, memperluas kesempatan peningkatan keterampilan digital kepada komunitas minim pelayanan seperti daerah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

Pada tiga area tersebut, Google turut berkontribusi melalui berbagai macam program, seperti “Grow with Google”. Program ini  memberikan pelatihan keterampilan digital secara online kepada lebih dari 320 ribuUMKM dalam masa pandemi Covid-19 ini. 

"Selain itu, ada program “Bangkit”, yakni melatih pekerja developer untuk perusahaan teknologi lokal dan Program “WomenWill”, yaitu membantu ibu-ibu untuk menggunakan teknologi untuk membangun bisnis. Tercatat sudah ada lebih 550 ribu ibu-ibu di seluruh Indonesia yang mengikuti program ini," kata Public Policy & Government Relations Manager Google Indonesia, Danny Ardianto.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement