Kamis 25 Mar 2021 17:18 WIB

Cerita Pengabdian Alumnus UMM di Ujung Negeri

Menjadi pengajar muda, merupakan salah satu jalan untuk meresapi budaya negeri.

Red: Yusuf Assidiq
Kegiatan pengabdian alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurma Nita Aprilia di  Aceh
Foto: Humas UMM
Kegiatan pengabdian alumnus Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Nurma Nita Aprilia di Aceh

REJOGJA.CO.ID, Oleh : Wilda Fizriyani

Mengabdi setahun, menginspirasi seumur hidup adalah pijakan motto bagi Nurma Nita Aprilia. Perempuan yang disapa Nita ini telah lama tinggal dan tumbuh di Kabupaten Jembrana, Bali.

Mahasiswi lulusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (HI UMM) ini belajar dan berkembang melalui keaktifannya di organisasi pemuda internasional AIESEC UMM. Sejak 2013, Nita telah akrab menyalurkan ketertarikannya pada dunia hubungan internasional dan globalisasi budaya.

Setelah lulus pada 2017, ia melanjutkan aktivitas sosialnya di AIESEC Indonesia hingga 2019. Kemampuannya mengelola kegiatan, memimpin, dan bekerja bersama relawan asing serta membangun hubungan dengan beragam individu menjadikannya dipercaya sebagai Project Coordinator untuk dua proyek sosial AIESEC Indonesia. "Yakni Wonderful Maluku 4.0 dan Wonderful Bangka Belitung 2.0," kata Nita.

Kesempatan belajar yang telah Nita terima mengantarkannya untuk membagikan pengetahuan, pengalaman, dan semangat belajarnya pada masyarakat di ujung negeri. Hal ini yang membawanya resmi menjadi salah satu dari 36 Pengajar Muda Angkatan XIX. Kini dia terlibat di berbagai kegiatan pengembangan masyarakat di Indonesia Mengajar.

Menjadi pengajar muda, menurut Nita, merupakan salah satu jalan untuk meresapi budaya negeri yang begitu beragam. Nita mengaku bersyukur dapat bergabung di program tersebut. Ada banyak hal yang dipelajari mulai dari budaya di lingkungan tempat tinggal sampai lingkungan secara luas.

Pada awalnya, Nita tidak pernah mendengar tentang Indonesia Mengajar. Ia akhirnya memutuskan bergabung pada program yang digagas oleh Anies Baswedan ini berkat keinginan besarnya untuk membantu mengembangkan lingkungan sosialnya.

Jika alumni program studi HI biasanya akan melanjutkan karir di bidang diplomasi, Nita lebih memilih jalan lain untuk mengembangkan diri di ranah low politics. Menurut dia, low politics merupakan konsep politik yang dianggap tidak begitu vital namun memberikan dampak secara langsung pada kelompok masyarakat.

"Menggerakkan masyarakat untuk membangun negeri lewat langkah-langkah kecil adalah pendekatan terbaik. Utamanya dalam hal membangun kesatuan dan kerukunan," katanya .

Selama 15 bulan yang dilewatinya, Nita mengaku merasa terus terpantik untuk mengerjakan proyek sosial. Segala macam tantangan dan halang-rintang yang telah ia alami menjadi pacuan untuk terus menginspirasi.

“Merasa enjoy bukan berarti tanpa masalah dan kendala, ya. Banyak tantangan yang bisa memberikan motivasi untuk terus maju bersama orang-orang di desaku mengabdi,” ujar pengajar muda yang ditempatkan di Desa Kuala Baru, Kabupaten Aceh Singkil ini.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement