Rabu 07 Apr 2021 22:17 WIB

Banyumas Minta Gugus Tugas Tingkat Desa Antisipasi Pemudik

Karantina merupakan alternatif pertama dalam mengantisipasi pemudik.

Banyumas Minta Gugus Tugas Tingkat Desa Antisipasi Pemudik (ilustrasi).
Foto: Kabupaten Serang
Banyumas Minta Gugus Tugas Tingkat Desa Antisipasi Pemudik (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO -- Bupati Banyumas Achmad Husein meminta gugus tugas tingkat desa, RW, dan RT untuk mengawasi pergerakan orang di lingkungannya untuk mengantisipasi kemungkinan adanya warga yang nekat mudik ke kampung halaman saat Lebaran 2021.

"Gugus tugas tingkat desa, RW, dan RT merupakan pintu gerbang terakhir untuk meningkatkan penjagaan," kata Bupati Achmad Husein di Purwokerto,Banyumas, Jawa Tengah, Rabu (7/4).

Ia mengatakan bahwa pemerintah pusat telah mengeluarkan kebijakan terkait dengan larangan mudik. Namun, tidak menutup kemungkinan ada warga yang nekat melakukan ritual tahunan itu. Terkait dengan hal itu, dia meminta gugus tugas tingkat desa, RW, dan RT mengarahkan warga yang nekat mudik tersebut untuk menjalani karantina.

"Memang sudah ada larangan mudik, kemungkinan besar ada yang menerobos. Yang nekat itu secara persuasif diminta karantina di desa atau di GOR nanti disiapkan," kata Bupati menegaskan.

Menurut dia, karantina merupakan alternatif pertama dalam mengantisipasi pemudik. Di samping itu, pihaknya juga menyiapkan alternatif kedua berupa tes antigen.

Ia mengatakan bahwa pihaknya juga akan melakukan penyekatan terhadap pemudik di perbatasan Kabupaten Banyumas meskipun tidak dijaga selama 24 jam.

Terkait dengan tes antigen yang disiapkan, Bupati mengatakan bahwa pihaknya menyiapkan alternatif penerapan biaya tes cepat untuk mendeteksi COVID-19 itu.

Dalam hal ini, kata dia, pemkab setempat akan memberikan subsidi biaya tes antigen bagi warga tidak mampu asalkan ada surat keterangan dari desa."Bagi warga yang mampu diminta membayar penuh biaya tes antigen," katanya.

Menurut dia, pihaknya akan membahas lebih lanjut biaya tes antigen tersebut meskipun diperkirakan berada di kisaran Rp70 ribu dengan asumsi harga alat berkisar Rp50 ribu sampai Rp55 ribu ditambah biaya tenaga kesehatan, transportasi, dan sebagainya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement