Kamis 08 Apr 2021 08:34 WIB

Gelar Budaya Titis Agung Kembali Digelar di Sleman

Bupati Sleman, Kustini Purnomo, berkesempatan mengikuti prosesi penuangan air suci.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Seniman yang terabung dalam sanggar seni ketoprak tobong Bakti Budaya menari saat pementasan ketoprak tobong dengan lakon Dialog Imaginer Tiga Tokoh Mataram Penantang Zaman di MMTC Yogyakarta, Sleman, D.I Yogyakarta, Minggu (6/12/2020). Pementasan dalam rangkaian peluncuran aksara Jawa digital dan digelar secara daring itu menjadi salah satu bentuk pelestarian kesenian ketoprak tobong.
Foto: Andreas Fitri Atmoko/Antara
Seniman yang terabung dalam sanggar seni ketoprak tobong Bakti Budaya menari saat pementasan ketoprak tobong dengan lakon Dialog Imaginer Tiga Tokoh Mataram Penantang Zaman di MMTC Yogyakarta, Sleman, D.I Yogyakarta, Minggu (6/12/2020). Pementasan dalam rangkaian peluncuran aksara Jawa digital dan digelar secara daring itu menjadi salah satu bentuk pelestarian kesenian ketoprak tobong.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gelar budaya Titis Agung kembali digelar Dusun Nglengkong, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Tempel. Ini merupakan kegiatan rutin setiap tahun jelang memasuki bulan Ramadhan dalam rangka melestarikan adat dan tradisi masyarakat.

Pada kesempatan itu, Bupati Sleman, Kustini Purnomo, berkesempatan mengikuti prosesi penuangan air suci. Air sendiri sebelumnya lebih dulu diambil dari sumber-sumber mata air yang berada di 10 padukuhan di Kalurahan Sumberrejo.

Lalu, dilakukan kirab dengan arak-arakan bergodo yang mengawal tumpeng pungkur dan ubo rampenya menuju Pasareyan Lengkong milik Ndalem Kraton Ngayogyakarta. Pagelaran sosio drama yang diperankan warga Sumberrejo ikut memeriahkan acara.

Dalam sambutannya, Kustini memberi apresiasi atas kembali diselenggarakannya gelar budaya tersebut. Ia berpendapat, penyelenggaraan agenda ini jadi salah satu sarana untuk dapat mempererat tali silaturahmi dan ukhuwah masyarakat.

"Kegiatan ini patut mendapatkan dukungan sepenuhnya dari kita semua mengingat arus globalisasi menyebabkan kebudayaan berkembang tanpa batas," kata Kustini Rabu (7/4).

Apalagi, perkembangan kebudayaan kini dinilai kerap menimbulkan persengketaan perihal hak milik sebuah produk budaya. Menurut Kustini, itu menjadi tanggung jawab bersama dalam melestarikan dan mempertahankan adat dan budaya daerah.

Meski begitu, ia menekankan, dalam melaksanaan gelar budaya tersebut mereka tetap menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pasalnya, pandemi covid-19 masih berlangsung tidak cuma di Sleman, tapi di DIY, Indonesia dan dunia.

"Kami menghimbau kepada masyarakat agar tetap menerapkan protokol kesehatan mengingat saat ini masih adanya pandemi," ujar Kustini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement