Jumat 09 Apr 2021 07:54 WIB

UMY Adakan Festival Budaya dan Kuliner Internasional

Event ini diharapkan memberikan dampak atmosfer akademik kepada civitas academica.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta.
Foto: muhammadiyah.or.id
Kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) di Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) menggelar International Cultural Culinary Festival (ICCF) 2021. Ini salah satu usaha UMY mendekatkan diri dengan dunia sekaligus mempererat kerja sama yang selama ini terjalin.

Rektor UMY, Gunawan Budiyanto mengatakan, langkah UMY mendekatkan diri dengan dunia sudah dimulai sejak 2006. Hingga kini, sudah banyak aktivitas mendukung itu dan salah satunya lewat ICCF 2021 sebagai alat tukar budaya.

Ia menilai, budaya merupakan sebuah alat yang luwes, bisa menembus perbedaan cara pandang politik, bio strategis dan lain-lain. ICCF 2021 diadakan meski pandemi agar hubungan baik terus terjalin dengan mitra dalam dan luar negeri.

"Mudah-mudahan ini bisa memberikan dampak atmosfer akademik, atmosfer internasional kepada civitas academica UMY," kata Gunawan, Kamis (8/4).

ICCF, lanjut Gunawan, jadi jembatan penting UMY membuka kerja sama akademik baru. Ia berpendapat, tukar budaya dan kuliner dalam acara ini secara tidak langsung ikut mengembangkan program akademik seperti pertukaran mahasiswa.

"Akhirnya, ini menjadi pintu masuk untuk kerja sama penelitian dan pengabdian masyarakat," ujar Gunawan.

ICCF 2021 merupakan kegiatan tahunan yang digelar UMY sejak 2015. Tahun ini menjadi gelaran keenam dan dilakukan secara luring dan daring seperti video lomba masak, menyanyi dan menari tradisional, membaca cerita dan tur kampus.

Total ada 21 negara-negara dunia berpartisipasi ICCF 2021. Pengenalan jalur rempah di Indonesia dan batik Indonesia menjadi salah satu kegiatan yang dilaksanakan untuk memperkenalkan ciri khas dan identitas dari Indonesia.

Direktur Eksekutif Negeri Rempah Foundation, Dewi Kumoratih Kushardjanto menambahkan, sesuai sejarah jalur rempah Indonesia sudah terjadi pada masa kolonialisme. Bahkan, jauh sebelumnya yaitu pada masa kerajaan-kerajaan.

Ia mengingatkan, Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di dunia dalam hal-hal keanekaragaman hayati. Terdapat 10.000 lebih jenis tumbuh-tumbuhan endemik, yang bahkan tidak bisa ditemui di negara-negara lain di dunia. "Inilah yang harus menjadi kebanggaan kita bersama," kata Dewi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement