Kamis 15 Apr 2021 14:17 WIB

Ekspor Jatim Maret 2021 Meningkat 17,94 Persen

Peranan ekspor sektor migas hanya menyumbang 8,07 persen dari total ekspor Jatim.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Terminal Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Foto: Antara.
Terminal Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kinerja ekspor Provinsi Jawa Timur pada Maret 2021 mengalami kenaikkan sebesar 17,94 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 1,70 miliar dolar AS menjadi 2,00 miliar dolar. Dibandingkan Maret 2020, nilai ekspor Jatim juga mengalami kenaikan sebesar 1,17 persen.

"Peningkatan nilai ekspor dibanding bulan lalu disebabkan peningkatan kinerja ekspor sektor nonmigas yang lebih besar dibandingkan penurunan kinerja ekspor sektor migas," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, Dadang Hardiwan, saat menggelar konferensi pers secara daring, Kamis (15/4).

Ia menjelaskan, apabila dibandingkan bulan sebelumnya, ekspor sektor nonmigas mengalami peningkatan 22,45 persen. Yaitu dari 1,51 miliar dolar menjadi 1,84 miliar dolar. Nilai ekspor sektor nonmigas tersebut menyumbang 91,93 persen dari total ekspor Maret 2021.

Sedangkan nilai ekspor sektor migas, kata Dadang, pada Maret 2021 menurun sebesar 16,90 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya. Yaitu dari 194,57 juta dolar menjadi 161,69 juta dolar. Meski demikian, peranan ekspor sektor migas hanya menyumbang 8,07 persen dari total ekspor Jatim.

Dadang melanjutkan, pada Maret 2021, golongan barang lemak dan minyak hewan/ nabati (HS 15) menjadi komoditas ekspor nonmigas utama Jatim dengan nilai transaksi 189,30 juta dolar. Nilai itu meningkat 60,09 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya 118,24 juta dolar.

"Komoditas ini berkontribusi sebesar 10,27 persen pada total ekspor nonmigas Jatim bulan ini dan paling banyak diekspor ke Tiongkok dengan nilai 78,51 juta dolar," kata Dadang.

Jika dilihat menurut negara tujuan utama ekspor nonmigas, Tiongkok adalah negara tujuan utama ekspor Jatim pada Maret 2021. Disusul ke Jepang dan Amerika Serikat.

Sepanjang Maret 2021, ekspor nonmigas Jatim ke Tiongkok mencapai 292,40 juta dolar. Sedangkan ekspor ke Jepang dan Amerika Serikat berturut-turut sebesar 289,24 juta dolar dan 266,91 juta dolar.

Dadang melanjutkan, sejalan dengan ekspor, impor Jatim pada Maret 2021 juga mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya. Bahkan peningkatannya mencapai 25,87 persen. Yaitu dari 1,87 miliar dolar menjadi 2,36 miliar dolar.

Peningkatan disebabkan kinerja impor sektor nonmigas maupun sektor migas yang sama-sama mengalami peningkatan. Impor migas Maret 2021 ke Jatim mengalami peningkatan 75,23 persen. Yaitu dari 338,57 juta dolar menjadi 593,28 juta dolar.

Impor migas menyumbang 25,17 persen dari total impor Jatim pada Maret 2021. "Adapun nilai impor nonmigas mengalami peningkatan 14,98 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yakni dari 1,53 miliar dolar menjadi 1,76 miliar dolar. Impor nonmigas menyumbang 74,83 persen total impor Maret 2021 ke Jatim," katanya.

Pada Maret 2021, golongan barang ampas atau sisa industri makanan (HS 23) merupakan komoditas utama impor Jatim, dengan nilai transaksi sebesar 204,43 juta dolar, atau naik 56,43 persen dari bulan sebelumnya yang hanya 130,69 juta dolar.

Kelompok barang ini mempunyai peranan 11,59 persen dari total impor nonmigas Jatim dan utamanya diimpor dari Argentina sebesar 78,39 juta dolar. Jika dilihat menurut negara asal barang impor nonmigas, Tiongkok masih tercatat sebagai negara utama asal barang yang masuk Jatim sepanjang Maret 2021. Peranannya sebesar 21,96 persen.

Disusul berikutnya dari Argentina dan Amerika Serikat yang memberikan kontribusi pada pasar impor nonmigas masing-masing sebesar 6,34 persen dan 6,00 persen. "Nilai impor nonmigas dari Tiongkok pada Maret 2021 sebesar 387,27 juta dolar, diikuti impor nonmigas dari Argentina sebesar 111,86 juta dolar, serta impor nonmigas dari Amerika Serikat sebesar 105,83 juta dolar," ujar Dadang.

Berdasarkan catatan tersebut, neraca perdagangan Jatim sepanjang Maret 2021 mengalami defisit sebesar 351,99 juta dolar. Defisit ini disebabkan adanya selisih nilai perdagangan negatif pada sektor migas yang lebih besar dibandingkan selisih nilai perdagangan yang positif pada sektor nonmigas.

"Secara kumulatif selama Januari-Maret 2021, neraca perdagangan Jatim juga masih mengalami defisit sebesar 743,84 juta dolar," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement