Jumat 16 Apr 2021 17:03 WIB

Tim UGM Juara Satu Chemical Engineering Festival

Saat presentasi, tim membuat video singkat bantu visual sistemasi produksi listrik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UGM Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Proust Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta meraih 1st winner dan best presentation di Scientific Paper Competition, Chemical Engineering Festival, Universitas Pertamina. Tim terdiri dari Ignatius Gerald, Krisna Kurnia, dan Narendra Asha.

Chemical Engineering Festival merupakan acara tahunan rutin yang berlangsung selama empat bulan yang dimulai November 2020-Februari 2021. Tahapan terdiri dari abstract selection, full paper and poster, dan final presentation.

Tim Proust membuat karya tulis ilmiah yang didasari permasalahan energi selama dan setelah pandemi Covid-19. Tim ini menyelesaikan dua permasalahan sekaligus dengan memproduksi energi ramah lingkungan sebagai sumber listrik rumah sakit.

Listrik diproduksi limbah organik diolah dengan bakteri thermophilic membuat biohidrogen, dikonversi memakai sel bahan bakar. Saat presentasi, tim membuat video singkat bantu visual sistemasi produksi listrik dan bentuk fisik plant.

"Visualisasi yang cukup kuat dari tim kami ditambah dengan inovasi yang kreatif menuai pujian dari dewan juri," kata Gerald, Jumat (16/4).

Gerald merasa, kompetisi ini sebuah tantangan menarik karena terkait isu yang kurang disoroti selama pandemi yaitu permasalahan energi berkelanjutan. Tim mengembangkan sistem produksi listrik efisien dan membantu suplai listrik RS.

"Kesan terkuat tim kami secara pribadi adalah pujian salah seorang juri yang merupakan ahli bidang bioproses karena kami mempersingkat proses pembentukan metana, sehingga efisiensi keseluruhan meningkat drastis," ujarnya.

Selama seleksi, Tim Proust sempat menemui beberapa halangan untuk pengembangan sistem bioreaktor. Terutama, pencarian bakteri yang bisa beroperasi dalam suhu yang cukup tinggi untuk meningkatkan kecepatan pembentukan hidrogen.

"Akhirnya tim mendapat sumber bakteri dari kotoran sapi, dan sumber produksi hidrogen dari sampah organik. Jadi, sistem kami hampir semuanya berasal dari limbah yang menjadi berkah berupa suplai listrik yang stabil," kata dia.

Mereka berharap solusi ini bisa dikaji lebih lanjut untuk tingkatkan kelayakan baik secara teknis atau ekonomi. Prototipe dapat dikembangkan skala kecil untuk uji hipotesis dan membantu mengkatalis perkembangan energi ramah lingkungan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement