Senin 19 Apr 2021 15:21 WIB

Kelompok Tani Binaan BI di Boyolali Panen Bawang Putih

Panen perdana dilaksanakan saat bawang putih berumur di atas 130 Hari Setelah Tanam.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Kelompok Tani Argoayuningtani di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melakukan panen perdana bawang putih varietas Tawangmangu, Senin (19/4). Kelompok tani tersebut merupakan binaan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo.
Foto: dok BI Solo
Kelompok Tani Argoayuningtani di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melakukan panen perdana bawang putih varietas Tawangmangu, Senin (19/4). Kelompok tani tersebut merupakan binaan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Kelompok Tani Argoayuningtani di Desa Senden, Kecamatan Selo, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, melakukan panen perdana bawang putih varietas Tawangmangu, Senin (19/4). Kelompok tani tersebut merupakan binaan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Solo.

Sejak empat tahun lalu, BI Solo melakukan pengembangan bawang putih varietas Tawangmangu Baru di Desa Pancot, Kalisoro, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Varietas itu direplikasi ke wilayah Senden, Selo, Boyolali, sebagai uji coba di lahan demonstration of plot (demplot) pada Desember 2020.

Keberhasilan uji coba ini diharapkan dapat mendorong petani milenial di wilayah dataran tinggi antara Gunung Merapi dan Merbabu tersebut untuk kembali membudidayakan bawang putih. Pada awal 2020, Kelompok Tani Argiayungingtani melakukan penanaman bawang putih varietas campuran Lumbu Hijau dan Lumbu Kuning di lahan seluas 3,9 hektare melalui kemitraan dengan importir bawang putih melalui Program Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH).

Namun, hasil panen hanya mencapai empat ton per hektare, di bawah rata-rata produktivitas nasional yakni 7,29 ton per hektare. Bawang putih yang dihasilkan juga memiliki umbi kecil sehingga menyulitkan pemasaran. Produktivitas rendah tersebut ditengarai disebabkan kualitas bibit yang kurang baik.

Kemudian, BI Solo bersama Pemkab Boyolali melaksanakan pendampingan kepada Kelompok Tani Argoayuningtani untuk peningkatan kualitas bibit bawang putih melalui demplot varietas Tawangmangu Baru seluas 1.200 meter persegi. Penanaman perdana dilakukan pada 2 Desember 2020 sebanyak setengah kwintal di lokasi demplot dan setengah kwintal di beberapa lahan anggota klaster.

Selain itu, Kelompok Tani menerima Program Sosial Bank Indonesia (PSBI) berupa screenhouse dan alat sprayer elektrik untuk menunjang pertanian. Demplot ini didukung dengan penerapan seleksi mandiri pada aspek budidaya untuk memberikan hasil yang optimal.

Panen perdana dilaksanakan saat bawang putih berumur di atas 130 Hari Setelah Tanam (HST) dan menunjukkan ciri masak panen optimal. Panen perdana dilakukan oleh Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, bersama Bupati Boyolali, M Said Hidayat, di lahan demplot.

Nugroho mengatakan, dari hasil pengamatan di lahan demplot, kondisi varietas Tawangmangu Baru menunjukkan perkembangan yang jauh lebih baik dengan hasil penanaman dengan sistem kemitraan tahun 2020. Bahkan, produktivitas hasil panen mencapai 21,8 ton per hektare.

"Tanaman memiliki struktur batang lebih besar dan kokoh, keseragaman tumbuh yang merata dan ukuran umbi yang lebih besar. Umbinya memiliki dimensi mendekati bawang putih cutting impor dengan cita rasa lokal sehingga diharapkan dapat masuk ke pasar dengan mudah," terang Nugroho, Senin (19/4).

Hal itu mengingat konsumen dalam negeri telah terbiasa dengan bawang putih impor yang memiliki dimensi umbi besar meskipun rasa tidak sepedas bawang putih lokal. Dalam kegiatan panen perdana ini, KPw BI Solo juga menghadirkan perusahaan penyedia jasa teknologi dan e-commerce TaniHub untuk melakukan business matching kepada para petani.

Hal itu mengingat sekitar 60 persen hasil panen petani di platform TaniHub telah dijual ke seluruh Jawa dan Bali. "Diharapkan petani bukan hanya dapat meningkatkan produktivitasnya, tetapi juga memiliki akses penjualan online untuk sisi hilirnya," imbuh Nugroho.

Menurutnya, penggalakan kembali produksi bawang putih lokal menjadi bagian strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor. Ke depan, diharapkan keberadaan bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat dipatahkan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing.

Selain itu, keberadaan para petani milennial di Senden dapat menjadi penyemangat generasi milenial untuk menekuni dunia pertanian. Saat ini, lebih dari 95 persen bawang putih yang dijual di pasar Indonesia berasal dari impor.

Berdasarkan Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Komoditas Sayuran Tahun 2021 dari Kementerian Pertanian, jumlah kebutuhan bawang putih nasional sebanyak 591.596 ton, yang merupakan kebutuhan konsumsi langsung, industri olahan, horeka (hotel, restoran, dan katering), hingga benih.

Sementara stok bawang putih kurang dari 10 persen dari kebutuhan atau hanya 59.032 ton, sehingga kekurangan pasokan akan dipenuhi dari impor. Dengan pengembangan klaster bawang di Boyolali tersebut diharapkan menambah pasokan bawang putih lokal sehingga dapat mengurangi impor.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement