Selasa 27 Apr 2021 16:02 WIB

Mutasi Covid, Masyarakat Diminta Patuhi Prokes

Meski sudah divaksin jangan lantas longgarkan prokes karena masih bisa terinfeksi.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Belum lama ini India mengidentifikasi adanya varian virus corona baru dengan tiga mutasi atau triple mutations. Varian yang dikenal dengan B.1.618  ini hasil evolusi mutasi ganda yang sebelumnya dikenal dengan varian B.1.617.  

Ketua Pokja Genetik FK-KMK UGM Yogyakarta, dr Gunadi mengatakan, mutasi covid akan terus berlangsung. Maka itu, ia meminta masyarakat tetap patuh protokol kesehatan, walaupun usai menerima vaksin karena risiko infeksi masih dapat terjadi.

"Mutasi virus tidak akan pernah selesai. Sifat mutasi ini perlu diwaspadai, tapi tidak perlu khawatir berlebihan dengan tetap menerapkan prokes," kata Gunadi, Selasa (27/4).

Dosen FK-KMK UGM ini menjelaskan, data Gisaid varian corona baru dengan 2 atau 3 mutasi dari India belum terdeteksi di Indonesia. Tapi, bisa saja ke depan muncul karena sebelumnya varian Inggris B.1.1.7 juga sudah terdeteksi di Indonesia.

Faktor mobilitas yang tinggi dan penerapan protokol kesehatan masyarakat rendah memperbesar peluang transmisi virus corona varian baru ini. Sehingga, di Tanah Air tidak terjadi seperti di India, maka perlu disiplin terhadap prokes. "Meski sudah divaksin jangan lantas longgarkan prokes karena masih bisa terinfeksi," ujarnya.

Ia menekankan, kini belum ada penelitian tripel mutasi. Tapi, perlu diwaspadai dari varian B.1.618 ini mengandung tiga mutasi receptor binding domain (RBD) protein S yang berikatan langsung sel inang manusia E484Q, L452R, dan V382L.

Mutasi E484Q terletak dari lokasi yang sama dengan mutasi E484K yang dideteksi di varian Afrika Selatan dan Brazil. Sehingga, mutasi E484Q diduga miliki sifat yang sama dengan E484K, yaitu bisa menghindari sistem kekebalan tubuh manusia.

"Saat ini belum ada bukti penelitian yang menunjukkan varian B.1.617 maupun B.1.618 mempengaruhi kecepatan transmisi atau penularan, keparahan penyakit Covid-19 serta efektivitas vaksin," ujar Gunadi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement