Senin 17 May 2021 14:58 WIB

Mencegah Perundungan Lewat Tepo Seliro

Nilai-nilai tepo seliro memiliki arti penting bagi pendidikan karakter.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Buku saku antiperundungan.
Foto: Dokumen.
Buku saku antiperundungan.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Perundungan di lingkungan sekolah dapat ditanggulangi penguatan pendidikan karakter. Penguatan bisa dilakukan dengan mengintegrasi mata pelajaran, termasuk Pendidikan Kewarganegaraan yang memegang peran penting membentuk siswa berkarakter.

Untuk itu, mahasiswa Prodi PKN dan Hukum FIS Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) merancang buku saku untuk mencegah perundungan, dikaitkan budaya Jawa tepo seliro. Ada Daffa Fakhri, Awang Nakulanang, Yohana Suryana, Anis Samchati, dan Heri Cahyono.

Mereka merancang inovasi media pembelajaran pendidikan karakter berbasis kearifan lokal tepo seliro. Daffa mengatakan, mereka merasakan proses pendidikan karakter di sekolah melalui PKN atau PPKN yang ada selama ini tampaknya masih belum maksimal.

Padahal, ada kearifan lokal bernama tepo seliro atau tenggang rasa yang identik perilaku empati, toleransi, dan gotong royong. Sebagai kearifan lokal nilai-nilai tepo seliro memiliki arti penting bagi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal.

"Dalam konteks perundungan, sikap tepo seliro jadi karakter yang dapat dikembangkan untuk melawan. Lalu, bila nilai-nilai karakter itu dapat dikembangkan dengan media pembelajaran, itu bisa jadi alternatif mencegah dan menekan fenomena perundungan," kata Daffa, Senin (17/5).

Awang menerangkan, buku saku ini dikembangkan menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan. Media pembelajaran ini dikembangkan dengan berbagai literatur terkait untuk dapat selanjutnya disusun menjadi buku saku yang inovatif dan aplikatif.

"Antiperundungan Pocket Book dapat dimanfaatkan dalam kegiatan belajar mengajar PPKn sebagai salah satu mata pelajaran yang diidentikkan dengan pendidikan karakter di Indonesia," ujar Awang.

Anis menjelaskan, penerapannya dapat dengan memanfaatkan waktu literasi 15 menit sebelum kegiatan belajar mengajar. Isi buku saku dibagi jadi beberapa bagian antara lain pengetahuan mengenai perundungan umum yang dipadukan dengan desain grafis.

"Kearifan lokal tepo seliro menjadi unsur utama pengembangan konten buku saku dengan tujuan tidak menyinggung perasaan dan untuk meringankan beban pikiran orang lain," kata Anis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement