Rabu 26 May 2021 15:46 WIB

52 Warga Dusun Ngaglik Sleman Positif Covid-19

Puluhan warga dari dua RT di Dusun Ngaglik, Sleman, positif Covid-19.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Ilustrasi Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Warga Dusun Ngaglik, Kalurahan Catuharjo, Kapanewon, Sleman, diminta mengurangi aktivitas tidak mendesak. Hal ini merupakan buntut dari ditemukannya puluhan warga di dua RT itu dinyatakan positif covid-19 setelah dilakukan swab.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Novita Krisnaeni mengatakan, kasus ini sebenarnya merupakan rentetan dari kasus yang terjadi pada 2 Mei 2021 lalu. Akhirnya, diadakan swab massal ke 204 orang.

Baca Juga

Dari swab massal kepada warga itulah, pada 24 Mei 2021 diketahui terdapat 33 orang positif Covid-19. Kemudian, 25 orang dilakukan isolasi mandiri di Asrama Haji DIY, dua orang dirujuk ke RSUD Sleman dan enam orang lain isolasi mandiri.

"Enam orang isolasi mandiri karena masih menyusui dan lanjut usia yang sudah istirahat total," kata Novita kepada Republika.co.id, Rabu (26/5).

Kemudian, pada 25 Mei 2021 saat 25 orang sudah berada di Asrama Haji, ada satu orang yang isolasi mandiri meninggal dunia. Ditambah satu orang yang meninggal dunia sebelumnya, sejauh ini total ada dua orang meninggal dunia dari Ngaglik.

"Jadi, total kasus satu dusun itu 52 orang, yang meninggal dua orang, sembuh tiga orang, masih isolasi di asrama 38 orang, di RSUP Dr Sarjdito satu orang, RSUD Sleman dua orang dan tujuh isolasi mandiri di rumah," ujar Novita.

Novita menuturkan, sampai saat ini Dinkes Sleman belum bisa menyimpulkan sumber penularan kasus-kasus tersebut. Walaupun, memang awalnya ada satu warga yang memiliki kemungkinan membawanya usai tertular dari kasus Kapanewon Tempel.

Namun, setelah itu, muncul lagi warga-warga lain yang bergejala, lalu melakukan pemeriksaan swab dan didapati positif covid-19. Lalu, pada 9, 10, 11 dan 16 Mei 2021 muncul lagi warga-warga lain yang bergejala, memeriksakan diri dan positif.

Menurut Novita, karena semakin lama semakin banyak itulah Dinkes Sleman langsung melakukan swab ke satu dusun dan ditemukan 33 orang tambahan positif. Karenanya, ia meminta warga yang kontak erat di dusun tersebut melakukan isolasi mandiri.

"Sesuai SOP, semua kontak erat sebelum jelas hasilnya harus isolasi mandiri. Sejauh ini yang dinyatakan sembuh baru tiga karena isolasi baru dilaksanakan," kata Novita.

Kasus ini sendiri sempat diperbincangkan warganet juga karena ketika evakuasi warga Dusun Ngaglik tersebut ada warga yang merekam dan menyebarkannya. Video membuat heboh karena terlihat cukup banyak mobil ambulans dalam satu rombongan.

Meski begitu, Novita menekankan, proses evakuasi itu merupakan suatu proses yang wajar dalam penanganan covid-19 selama pandemi. Sebab, tidak memungkinkan jika evakuasi dilakukan bolak-balik karena banyak warga yang harus dievakuasi.

"Karena kasus banyak tidak mungkin satu mobil bolak balik, jadi dibawa sekalian, memang SOP-nya seperti itu, dan harus dijemput petugas menggunakan APD lengkap," ujar Novita.

Kepada masyarakat, ia mengingatkan, pandemi covid-19 belum berakhir dan protokol kesehatan memang tetap harus dilaksanakan secara ketat. Selain itu, Novita berharap, masyarakat tidak dulu mengunjungi daerah-daerah yang masuk zona merah.

Kemudian, kepada masyarakat yang baru bepergian apalagi dari luar kota, Novita menyarankan juga melaksanakan isolasi mandiri minimal lima hari. Lalu, untuk memastikan kondisi setelah isolasi pada hari kelima melakukan tes swab.

"Kalau ada kegiatan yang tidak betul-betul penting sekali tidak usah dihadiri, seperti layatan atau mantenan, insya Allah mereka maklum. Jangan tunggu kasus ada di sekitar sebab nantinya penanganan lebih sulit," kata Novita, menambahkan. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement