Selasa 01 Jun 2021 10:28 WIB

Gunungkidul Miliki Taman Keanekaragaman Hayati 10 Hektare

Taman keanekaragaman hayati ini merupakan alternatif efektif memulihkan ekosistem.

Sejumlah burung bertengger di dalam kandang pada sebuah taman konservasi keanekaragaman hayati (ilustrasi).
Foto: AP/Bruna Prado
Sejumlah burung bertengger di dalam kandang pada sebuah taman konservasi keanekaragaman hayati (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kabupaten Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta yang selama ini terkenal dengan kawasan karst-nya kini memiliki Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) bernama Eroniti seluas 10 hektare. Direktur Bina Pengelolaan Ekosistem Esensial Kementerian Lingkungan Hidup Asep Sugiharta mengatakan taman keanekaragaman hayati ini merupakan salah satu alternatif efektif untuk memulihkan ekosistem.

Menurutnya taman ini berfungsi meningkatkan keanekaragaman hayati lokal dan mendukung konservasi flora dan fauna di luar kawasan hutan. "Khusus di Gunung Sewu, Kabupaten Gunungkidul yang berkarakter Karst, Taman Kehati ini akan memiliki keunikan tersendiri dalam penanganannya," kata Asep saat meresmikan taman yang dirintis Institut Pertanian Stiper (Instiper) Yogyakarta dan PT Sarihusada Generasi Mahardhika (Danone Indonesia) itu, Senin (31/5).

Asep mengatakan taman yang berada di kawasan karst seluas 10 hektare dan berlokasi di Desa Karangasem, Kecamatan Ponjong itu menjadi upaya penyelamatan berbagai spesies asli lokal kawasan itu yang terancam kelestariannya. 

Dekan Fakultas Kehutanan Instiper Yogyakarta Sugeng Wahyudiono mengatakan nama Eroniti diambil dari salah satu dari 10 nama gunung yang mengelilingi kawasan Gunungkidul. Gunung Eroniti memiliki arti yaitu melihat perjuangan. Eroniti berasal dari bahasa jawa yaitu iron berarti perjuangan dan niti berarti melihat. 

Sugeng mengatakan di kawasan yang dirintis bersama PT Sarihusada Generasi Mahardhika itu, dari pendataan ditemukan setidaknya 23 jenis flora.  "Spesies yang ada memiliki fase yang lengkap mulai dari semai, sapihan, tiang dan pohon," katanya.

Selain itu juga ada dua jenis burung langka yaitu Walet Linchi dan Cekakak Jawa yang dilindungi UU Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya, PP No 7 tahun 1999 tentang tentang pengawetan tumbuhan dan satwa. "Taman Kehati Eroniti ini dibangun dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat," kata Sugeng.

Selain menjadi tempat penelitian dan edukasi tentang keanekargaman hayati, di Taman Kehati Gunungkidull ini menurutnya masyarakat juga diberi kesempatan berpartisipasi mengembangkan. "Misalnya membangun objek wisata berupa goa maupun wisata berbasis ekowisata" ujarnya.

Taman Kehati Eroniti yang berada di lahan karst seluas 10 hektare. Ekosistem karst merupakan tangki besar penyimpan air tawar serta berbagai biota gua yang dapat berfungsi sebagai sistem pendukung penyedia cadangan pangan. 

Lebih dari itu, ekosistem karst jika dijaga kelestariannya akan mampu memberikan manfaat ekonomi kepada warga desa dengan pendekatan ekowisata. Sehingga pendapatan warga bisa meningkat dan alam tetap terjaga. 

Head of Climate And Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni mengatakan pihaknya sejak 2018 lalu bersama Instiper telah mengawali studi analisa dan perhitungan indeks keragaman hayati di kawasan itu. Ternyata didapatkan indeks keberagaman 1,15 yang termasuk kategori rendah di kawasan itu.

"Data dasar ini yang menjadi acuan kami untuk secara spesifik mendorong potensi flora fauna endemik Gunung Kidul untuk dilestarikan disini," katanya.

Kemudian pada 2021 saat diperiksa kembali, indeks keberagaman itu sudah naik menjadi 1,5. Ini menunjukan bahwa masih besar peluang pengembangan keanekaragaman hayati di ekosistem ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement