Selasa 08 Jun 2021 14:51 WIB

Mahasiswi UII Lestarikan Usaha Batik Sambil Kuliah

Usaha batik juga harus ditekuni secara serius agar bertahan dan berkembang.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Proses pembuatan kain batik.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Proses pembuatan kain batik.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Batik telah diakui sebagai warisan budaya asli Indonesia. Namun, tidak banyak anak muda tertarik menekuni bisnis batik karena selain dibutuhkan keahlian khusus usaha batik juga harus ditekuni secara serius agar bertahan dan berkembang.

Hal ini yang digeluti Nabila Nur Dwijayanti, mahasiswi Prodi Manajemen Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta ini fokus membangun NDJ Tenun Batik. Itu merupakan bisnis yang mengembangkan aneka produk kreatif anak muda dengan corak utamanya batik.

Awalnya, Nabila mengaku tertantang menyikapi pandangan yang menilai batik hanya cocok digunakan ketika acara formal. Dia menjawabnya dengan melahirkan berbagai produk-produk batik yang tetap tampak elegan dikenakan pada waktu santai.

Untuk pakaian ada dress, outer, kimono, dan celana bermotif batik, sedangkan lini aksesoris ada gelang, bandana, dan masker batik. Itu semua merupakan apa yang telah diniatkan sejak SMA dan baru terwujud ketika kuliah sampai lahir NDJ Tenun Batik.

Nabila sering juga mengikuti kompetisi seperti Gerakan Mahasiswa Pengusaha dari Kemenkop UMKM. Dari sana, NDJ Tenun Batik dan UII mendapatkan dana hibah, serta mendapatkan fasilitas penuh untuk membeli mesin jahit dan modal tekstil.

"Kita harus mempunyai desain atau produk yang betul-betul diminati oleh anak muda itu sendiri," kata Nabila, Selasa (8/6).

Setelah itu, NDJ Tenun Batik mengikuti program inkubasi Kemenkop UMKM. UII juga aktif memberikan dukungan kepada Nabila melalui program UII Business Innovation Challenge yang dinaungi Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) UII.

Meliputi pendampingan dan bimbingan usaha oleh ahli kepada usaha rintisan penerima hibah. Belajar pemasaran yang baik, merealisasikan rencana, dan juga diajar banyak cara agar produk yang dijalankan dapat dikenal masyarakat luas dan berkembang.

Tidak mengherankan, banyak penghargaan yang dikantongi. Lolos jadi perancang muda dan mengikuti pagelaran busana Jogja International Batik Biennale 2018. Serta, berkesempatan menerima pendampingan eksklusif dalam UNESCO dan Citi Foundation.

Selama pandemi, Nabila mengakui cukup signifikan dampak yang dirasakan usahanya. Karenanya, ia memutar otak dengan memanfaatkan sisa kain diolah dan disulap jadi produk baru NDJ Tenun Batik seperti masker batik, sehingga menambah keuntungan.

Nabila meyakini, batik memang bukan sekadar busana, tapi juga mengandung kekuatan nilai pemberdayaan. Langkah adaptasi yang dilakukan NDJ Tenun Batik ternyata membuat usaha Nabila perlahan bangkit karena berhasil menarik minat pasar. "Alhamdulillah, bisa menjadikan omzet yang turun dan naik sampai saat ini stabil," ujar Nabila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement