Kamis 10 Jun 2021 21:24 WIB

Kasus Covid di Bangkalan Melonjak, BOR RS 70 Persen

Lonjakan pasien di RSUD Bangkalan terjadi pada akhir pekan lalu.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya menyemprotkan larutan disinfektan di area pos penyekatan Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa timur, Kamis (10/6/2021). Penyemprotan disinfektan dilakukan di area pos penyekatan yang menjadi tempat dilakukannya tes cepat antigen dan tes usap PCR bagi warga dari Pulau Madura yang menuju maupun melintas ke Surabaya, menyusul meningkatnya kasus COVID-19 di Bangkalan, Madura.
Foto: ANTARA/Didik Suhartono
Petugas Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surabaya menyemprotkan larutan disinfektan di area pos penyekatan Jembatan Suramadu, Surabaya, Jawa timur, Kamis (10/6/2021). Penyemprotan disinfektan dilakukan di area pos penyekatan yang menjadi tempat dilakukannya tes cepat antigen dan tes usap PCR bagi warga dari Pulau Madura yang menuju maupun melintas ke Surabaya, menyusul meningkatnya kasus COVID-19 di Bangkalan, Madura.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melonjaknya kasus Covid-19 di Bangkalan, Madura berdampak pada angka keterisian (BOR) RSUD RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu (Syamrabu). Direktur RSUD Bangkalan Nunuk Kristiani mengatakan, saat ini ada 105 pasien dirawati di RS tersebut.

"Kondisi saat ini, dari 150 tempat tidur, yang terisi 105 pasien. Jadi sekitar 70 persen sudah diisi," katanya saat berbicara di konferensi virtual FMB9, bertema 'Antisipasi Peningkatan Kasus Covid-19 di Daerah', Kamis (10/6).

Baca Juga

Padahal, dia melanjutkan, pihaknya mencatat dulu hanya merawat dua pasien Covid-19. Kemudian setelah lebaran bertambah jadi beberapa kali lipat.

Puncaknya, dia melanjutkan, pada Jumat (4/6) dan Sabtu (5/6) pekan lalu terjadi lonjakan pasien. Ia menyebutkan sebanyak 90 tempat tidur yang disiapkan penuh dengan pasien Covid-19 dan kasur akhirnya ditambah.

Nunuk menambahkan, lonjakan kasus Covid-19 di RS-nya terjadi dua pekan setelah lebaran. Ia mengakui, fenomena yang terjadi di Bangkalan sama seperti di Kudus. Namun, ia menyebutkan rata-rata pasien yang datang berobat ke RS yang dibawahinya cukup buruk kondisinya.

"Misalnya ada yang sesak berat. Sedikit sekali yang kasusnya ringan," katanya.

Pasien yang datang ke rumah sakit dengan kondisi buruk membuat pihaknya rata-rata agak terlambat menangani pasien. "Sampai ada beberapa pasien yang meninggal dunia namun belum bisa dievakuasi," ujarnya.

Pihaknya juga sempat panik karena ruang instalasi gawat darurat (IGD) jadi penuh. Ini membuat pihaknya terpaksa sementara menutup IGD. Bahkan, dia melanjutkan, ruang rawat inap dan isolasi penuh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement