Rabu 16 Jun 2021 15:00 WIB

Pembangunan Jateng Valley Harus Berwawasan Lingkungan

Pastikan pengembang bisa menekan seminimal mungkin penebangan pohon.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah tamu undangan berfoto dengan latar belakang tulisan Jateng Valley seusai peletakan batu pertama pembangunan wisata tersebut , di kawasan Wana Wisata Penggaron, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/8/2020). Wisata alam seluas 372,88 hektare berkonsep futuristik selaras dengan alam berbasis teknologi informatika (IT) itu diklaim menjadi objek wisata alam terbesar di Asia Tenggara bernilai investasi sekitar Rp.2 triliun.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Sejumlah tamu undangan berfoto dengan latar belakang tulisan Jateng Valley seusai peletakan batu pertama pembangunan wisata tersebut , di kawasan Wana Wisata Penggaron, Ungaran Timur, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/8/2020). Wisata alam seluas 372,88 hektare berkonsep futuristik selaras dengan alam berbasis teknologi informatika (IT) itu diklaim menjadi objek wisata alam terbesar di Asia Tenggara bernilai investasi sekitar Rp.2 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Menandai dimulainya pekerjaan fisik tahap pertama pembangunan Jateng Valley, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mewanti-wanti pengembang agar mengedepankan pembangunan yang bewawasan lingkungan.

Agar Jateng Valley nantinya bisa menarik bagi wisatawan untuk berkunjung, gubernur juga menginginkan, pengembang bisa memprioritaskan bangunan-bangunan ikonik dengan desain yang bisa menjadi pembeda.

Hal ini ditegaskan oleh gubernur saat melakukan peletakan batu pertama (fase pertama) di lima titik area Jateng Valley, yang berlokasi di kawasan Wana Wisata Penggaron, Kabupaten Semarang, Rabu (16/6).

Gubernur mengatakan, pembangunan Jateng Valley menjadi komitmen bersama pemerintah dengan swasta dalam pengembangan daerah. Sekaligus juga bagian dari survival ekonomi di tengah pandemi.

“Jadi di tengah pandemi Covid-19, ekonomi tetap coba kita gerakkan, potensi-potensi ekonomi serta potensi sosial kemasyarakatan bisa kita gabung dan diberdayakan di Jateng Valley ini,” jelasnya.

Dengan peletakan batu pertama ini, lanjut dia, juga menandai bahwa di situasi pandemi suasananya tidak melulu harus haru biru, namun juga jadi bukti seluruh pihak memiliki semangat untuk bisa bangkit dengan segala cara dan kekuatan.

Maka ia pun berpesan kepada pengembang, ke depan desain Jateng Valley yang dibuat sedemikian rupa hingga betul-betul akan bisa mendorong geliat pariwisata di Jateng dengan bagus.

Kepada pengembang dan pengelola, ia juga berkeinginan agar pengelolaan dilakukan dengan profesional dan berorientasi lingkungan. Karena lokasinya berada di kawasan hutan wisata, jangan banyak-banyak menebang pohon yang ada.

Pastikan pengembang bisa menekan seminimal mungkin penebangan pohon karena kawasan hutan Penggaron tersebut sudah menjadi hutan yang sangat bagus.

“Sehingga orang kalau datang ke sini harapannya masih bisa menikmati udara yang segar, gratis, bahagia dan kemudian mendapatkan nilai tambah bagi siapa pun yang nantinya akan datang ke Jateng Valley ini,” tegasnya.

Tak hanya itu, gubernur juga berharap pengembangan Jateng Valley tak hanya bermanfaat bagi pengelola namun juga memberi rezeki dan mampu menggerakkan ekonomi masyarakat sekitar.

Sehingga semua akan bisa menjadi satu kekuatan untuk bisa bangkit bersama. “Jadi Jateng Valley ini bisa ngrejekeni (memberi rezeki) dan tentunya juga bisa membikin rakyat bahagia," ujar dia.

Dengan adanya daya tarik wisata buatan, Jateng juga punya faktor pembeda dengan infrastruktur wisata sejenis yang lainnya yang sudah ada. Misalnya dengan memprioritaskan bangunan-bangunan ikonik, sehingga bisa menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk bisa datang.

“Sehingga nanti kalau orang datang, Jateng Valley itu lho ada yang unik, sehingga orang pasti akan melihat, ingin foto, kemudian melihat sendiri dan datang ke sini,” katanya.

Seperti diketahui, pembangunan obyek wisata Jateng Valley ini sempat mangkrak sejak 2010 silam. Nantinya, proyek itu disebut menjadi destinasi wisata terbesar se Asia Tenggara dengan luas lahan mencapai 370 hektare.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement