Rabu 16 Jun 2021 16:55 WIB

Sleman Adakan Pelatihan Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata

Pelatihan diberikan kepada 40 orang pengelola dari 20 destinasi wisata.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sleman Adakan Pelatihan Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Hendra Nurdiyansyah
Sleman Adakan Pelatihan Mitigasi Bencana di Destinasi Wisata (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman lewat Bidang Pengembangan Destinasi Wisata dan Ekonomi Kreatif melaksanakan pelatihan mitigasi bencana di destinasi wisata. Ini dilakukan dalam rangka tingkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.

Pelatihan diberikan kepada 40 orang pengelola dari 20 destinasi wisata yang ada di Kabupaten Sleman selama empat hari. Adapun materi sejak hari pertama terkait perkembangan pandemi, antisipasi penyebaran di destinasi wisata serta prokes.

Lalu, terkait kesiapsiagaan menghadapi keadaan darurat dan potensi bencana, serta prosedur penanganan tanggap darurat bencana. Hari kedua, perkembangan aktivitas Gunung Merapi, potensi erupsi, dampak dan prosedur tanggap darurat.

Kemudian, adaptasi dan mitigasi bencana akibat adanya perubahan cuaca ekstrim, serta pertolongan pertama kecelakaan. Hari ketiga, praktek simulasi dan P3K, praktek penggunaan alat mitigasi dan praktek tanggap darurat bencana alam.

Terakhir, peserta akan diajak visitasi Desa Wisata Samiran (Dewi Sambi) yang bertempat di Selo, untuk melihat pengelolaan mitigasi bencana. Plt Kadispar Sleman, Suci Iriani Sinuraya mengatakan, kegiatan ini jadi bekal penting.

"Bekal kepada pengelola destinasi wisata untuk dapat mengetahui dan menerapkan manajemen resiko, sehingga pengelola diharapkan mampu meminimalisir kerentanan yang terjadi di destinasi wisata masing-masing," kata Suci, Rabu (16/6).

Apalagi, Suci mengingatkan, saat ini di Kabupaten Sleman tidak hanya ada memiliki kerentanan terhadap bahaya bencana erupsi Merapi, tapi pandemi covid dan cuaca ekstrim. Ada pula potensi kecelakaan yang diakibatkan wisatawan.

"Yang juga sering timbul karena saat ini tren wisatawan merupakan wisata ekstrim yang memiliki kerentanan tinggi," ujar Suci. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement