Senin 05 Jul 2021 13:01 WIB

Epidemolog: Selama PPKM Hindari Titik Lengah Masyarakat

Masyarakat mengabaikan sejumlah aktivitas yang rentan memicu penularan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Sejumlah ruas jalan akses pusat keramaian warga di wilayah kota Ungaran, Kabupaten Semarang ditutup untuk mengurangi aktivitas warga selama pelaksanaan PPKM darurat di daerah tersebut, Sabtu (3/7).
Foto: Republika/bowo pribadi
Sejumlah ruas jalan akses pusat keramaian warga di wilayah kota Ungaran, Kabupaten Semarang ditutup untuk mengurangi aktivitas warga selama pelaksanaan PPKM darurat di daerah tersebut, Sabtu (3/7).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Epidemiolog Undip mengingatkan, selama pelaksanaan PPKM Darurat Jawa- Bali, masyarakat Jawa Tengah jangan pernah mengabaikan sejumlah aktivitas yang rentan memicu penularan Covid-19.

Pasalnya, penyebab tingginya lonjakan kasus Covid-19 di Jawa Tengah saat ini karena masyarakat mengabaikan sejumlah aktivitas yang rentan memicu penularan dan itu disebut menjadi titik lengah masyarakat.

Menurut Epidemiologi Undip, Prof Dr dr Suharyo Hadisaputro SP PD- KPTI, masyarakat belum sepenuhnya melakukan kegiatan untuk memenuhi protokol kesehatan pencegahan Covid-19, sehingga penularan virus semakin cepat.

Terlebih varian baru (delta) yang terjadi akhir-akhir ini dan sudah terkonfirmasi 382 kasus, diduga memiliki cara penyebaran yang relatif lebih masif dibandingkan strain lama, seperti alfa, beta dan gama.

"Di satu sisi, cakupan vaksinasi juga masih belum memadai, sehingga kekebalan komuniti belum sepenuhnya bisa diharapkan," ungkapnya dalam keterangan pers kepada Republika, Senin (5/7).

Ia menambahkan, potret masyarakat yang belum sepenuhnya menyadari pentingnya protokol kesehatan bisa dilihat dari masih banyaknya warga  yang mengabaikan kegiatan- kegiatan yang dapat memicu penularan.

Misalnya, acara makan bersama, walaupun sebelumnya memakai masker kalau makan pasti dibuka. "Namun selesai makan kemudian masih ngobrol tanpa memperdulikan siapa yang diajak bicara OTG atau tidak," katanya.

Hal lainnya, masih lanjut Haryo, pada saat menghadiri acara pemakaman yang banyak dihadiri keluarga. Karena simpati, rasa iba, dan lainnya sering juga dengan tidak menyadari menyentuh tangan, wajah dan lainnya.

Kemudian rapat luring yang sering dilakukan, juga dapat memicu penularan, mengingat virus tak hanya disebarkan oleh droplet tetapi juga udara bebas bisa juga mengandung virus, terlebih jika tidak memakai masker.

Bahkan, lanjutnya, aktivitas olahraga bersama pun juga rentan memicu penularan. Pada saat aktivitas olahraga dilaksanakan, semula jaga jarak 1 hingga 2 meter, tetapi setelah selesai dilanjut dengan kumpul- kumpul, foto selfi, bincang- bincang lupa memakai masker.

Foto bersama yang semula pakai masker --supaya wajah kelihatan, bergaya, senyum, ketawa-- harus lepas masker. "Ini juga merupakan titik lengah yang sama sekali tidak disadari oleh masyarakat," lanjutnya.

Di luar itu, masih ungkap Haryo, aktivitas yang menjadi titik lengah lain seperti halal bihalal saling kunjung pada saat momentum Idul Fitri, kelengahan protokol kesehatan di dalam transportasi umum, kunjungan ke mal, swalayan, restoran, yang banyak risiko terhadap penularan.

Termasuk acara hajat pernikahan yang berkumpul banyak orang. Karena semua tidak tahu apakah yang hadir terkonfirmasi atau tidak, OTG atau bukan. Kemudian kunjungan ke pasar tradisional.

Disadari atau tidak, masih banyak pengunjung atau penjual di pasar tradisional yang abai menggunakan masker. "Walaupun pembeli sudah memakai masker penjualnya masih ada yang abai atau sebaliknya," tambah Haryo.

Oleh karena itu, ia pun mengingatkan masyarakat agar mengantisipasi titik- titik lemah penularan tersebut selama pelaksanaan PPKM Darurat, agar upaya untuk memutus mata rantai penularan Covid-19 bisa optimal.

Terlebih saat ini --setidaknya-- ada 10 jenis varian dari Covid-19. Yakni Alfa (Varian Inggris, B.1.1.7); Beta (Varian Afrika  B1.351); Gamma (Varian Brasil P.1): Delta (Varian India B1.617.2); Epsilon (Varian Amerika B.1.427/B.1.429); Zeta (Varian Brazil P.2.); Theta (Varian Filipina P.3); Eta (varian banyak negara B.1.t.525); Lota (varian Amerika B.1.526) dan  Kappa (varian India B.1.617.1)

"Saat ini yang dikhawatirkan adalah Varian Delta, yang mungkin penyebaran tinggi, menyebabkan penyakit lebih ganas dan mungkin mempengaruhi efektivitas vaksinasi," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement