Senin 05 Jul 2021 23:44 WIB

Transformasi Digital Butuh SDM Adaptif

Rata-rata masyarakat menggunakan teknologi internet lebih dari delapan jam sehari.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Transformasi Digital Butuh SDM Adaptif (ilustrasi).
Foto: Freepik.com
Transformasi Digital Butuh SDM Adaptif (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Banyak perusahaan coba melakukan transformasi digital, yang menjadi model bisnis dan terus diintegrasikan dengan teknologi. Untuk memastikan keberhasilan, dibutuhkan SDM adaptif mempelajari dan menguasai seluk beluk kemajuan teknologi.

Head of Employer Branding CODEX, Hiroko Amanda mengatakan, survei Kemenaker pada Agustus 2020 hampir 88 persen perusahaan mengalami kerugian akibat pandemi. Ini mendorong perusahaan melakukan digitalisasi agar perusahaan kembali berjalan.

"Rata-rata masyarakat menggunakan teknologi internet lebih dari delapan jam sehari. Terlebih selama pandemi, setiap orang lebih memilih beraktivitas melalui jarak jauh yang ditunjang teknologi informasi," kata Amanda dalam Online Studium Generale yang diadakan Program Studi Manajemen FBE Universitas Islam Indonesia, Senin (5/7).

Perkembangan teknologi memberi dampak positif bagi dunia startup. Namun, beberapa perusahaan kurang mampu memanfaatkan teknologi ini karena sebagian besar SDM-nya generasi baby boomers yang perlu banyak beradaptasi dengan perkembangan baru itu.

"Peran Human Resource (HR) merekrut pekerja sesuai kebutuhan perusahaan sekaligus meningkatkan kemampuan teknologi terkini baby boomers. HR juga menjembatani kepentingan pekerja dan kepentingan perusahaan agar tercapai tujuan," ujar Amanda.

Kepala Divisi Pengembangan Karir UII, Nur Pratiwi Novianti menuturkan, kemajuan teknologi harus diimbangi kemampuan menggunakan teknologi itu sendiri. Revolusi industri generasi keempat identik penggunaan Artificial Intelligence dan Big Data.

"Melihat semakin tingginya angka perusahaan menerapkan digitalisasi, berdasarkan survei yang dilakukan Kemenaker menyatakan kalau skill yang paling dibutuhkan oleh perusahaan setelah pandemi usai yaitu mengenai penguasaan teknologi," kata Nur.

Namun, masih rendahnya tingkat kemampuan digital angkatan kerja Indonesia yang cuma sebesar 50 persen tentu jadi sebuah tantangan sendiri, baik bagi pemerintah maupun perusahaan. Jadi, kemampuan digitalisasi angkatan kerja perlu ditingkatkan.

"Karena kemampuan mengakses pekerjaan pada masa mendatang diprediksi akan lebih banyak didominasi oleh teknolog," ujar Nur.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement