Senin 12 Jul 2021 14:12 WIB

PWI-MUI Jateng Serukan Narasi Positif Pemberitaan Covid-19

Ada empat butir penting dari seruan bersama PWI dan MUI Jawa Tengah.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
PWI-MUI Jateng Serukan Narasi Positif Pemberitaan Covid-19 (Ilustrasi).
Foto: The Central Hospital of Wuhan via Weibo/Hando
PWI-MUI Jateng Serukan Narasi Positif Pemberitaan Covid-19 (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Di tengah situasi pandemi yang kembali mengganas, masyarakat penting mendapatkan sajian informasi yang akurat serta informasi dengan narasi- narasi yang positif terkait dengan Covid-19.

Sehingga infomasi yang diterima akan mampu membangun optimisme dan menghindarkan masyarakat dari traumatika yang berkepanjangan, di tengah situasi pandemi yang belum dapat  dikendalikan.

Untuk itu, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Tengah menyerukan, agar dalam pemberitaan Covid-19 –baik di media massa dan media sosial—untuk menonjolkan narasi- narasi positif dan membangun optimism publik.

Seruan bersama tersebut ditandatangani oleh Ketua PWI Jawa Tengah, H Amir Machmud NS SH MH dan Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Dr KH Ahmad Darodji MSi, mengawali acara webinar bertajuk ‘Urgensi Bernarasi Positif dalam Pemberitaan Media di tengah Pandemi Covid-19, di Studio TVKU, Semarang, Senin (12/7).

Ketua Komisi Infokom MUI Jawa Tengah, H Isdiyanto Isman mengatakan, ada empat butir penting dari seruan bersama PWI dan MUI Jawa Tengah dalam menyikapi berbagai informasi seputar Covid-19 saat ini.

Pertama, jelasnya, PWI Jawa Tengah dan MUI Jawa Tengah mengajak media massa dan media sosial untuk tidak memblow-up berita dan informasi seputar perkembangan kondiusi Covid-19 dengan narasi- narasi yang berpotensi memunculkan trauma di kalangan masyarakat.

“Sudah saatnya pemberitaan dan informasi mengenai Covid-19, dikonstruksikan menjadi berita dan informasi yang mampu membangun rasa optimisme masyarakat dalam menghadapi situasi sulit akibat pandemi,” ungkapnya.

Kedua, berita adalah konstruksi dari peristiwa, maka dalam mengemas perkembangan seputar Covid-19 media massa diingatkan agar menggunakan nurani tertingginya.

Sehingga berita maupun informasi yang tersaji tidak menimbulkan rasa trauma masyarakat, namu –sebaliknya-- harus mampu membangkitkan semangat dan optimisme masyarakat untuk besama- sama melawan pandemi.

Ketiga, media massa dan media sosial diharapkan benar- benar menghindari hoaks dalam sajian informasinya terkait perkembangan pandemi, agar tidak menimbulkan keguncangan dan kegaduhan di tengah masyarakat.

“Butir ke-empat, tokoh masyarakat dan tokoh agama agar aktif membantu sosialisasi terkait pentingnya partisipasi masyarakat dalam melaksanakan kebijakan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah dalam upaya memutus mata rantai pandemi Covid-19,” tegasnya.

Wakil Ketua Bidang Organisasi PWI Jawa Tengah ini juga menjelaskan, hal yang melatari seruan bersama PWI- MUI Jawa Tengah tersebut antara lain karena angka warga Jawa Tengah yang positif terpapar Covid 19 masih terus bertambah.

Sebanyak 25 dari 35 daerah di Jawa Tengah masih bersattus zona merah risiko penularan Covid-19 yang ditandai oleh eskalasi jumlah korban meninggal dunia maupun penambahan kasus baru yang semakin tajam.

Lonjakan jumlah tersebut berimbas pada tingkat keterisian bangsal rumah sakit maupun fasilitas tambahan --yang disediakan untuk menangani para penyintas Covid 19-- sudah tidak mampu mengatasi ledakan kasus baru hingga harus mengoptimalkan isolasi mandiri.

Bahkan pasien non-Covid yang akan masuk ICU pun harus antri berhari- hari dan saat ini rumah sakit menghadapi beban yang sangat berat.

“Di satu sisi, pasien yang meninggal dunia akibat Covid-19 rata- rata mencapai 15 orang per hari. Sehingga untuk proses pemulasaraan jenazah hingga pemakaman harus berjam-jam menunggu giliran,” lanjutnya.

Belum lagi di jalan- jalan raya masyarakat setiap hari mendengar raungan sirine mobil jenazah dan ambulans yang hilir mudik, pengeras suara masjid dan mushala di kampong- kampong terlalu sering penyampaian berita lelayu.

Di media sosial informasi tentang berita duka serta yang masuk rumah sakit akibat Covid-19 seperti tiada henti. Demikian pula pemberitaan di media massa, baik cetak, elektronik maupun online.

Sehingga suasana mencekam semakin dirasakan masyarakat dan berpotensi mengakibatkan traumatika yang tinggi, antara ketakutan, kegelisahan, panik, rasa waswas dan sebagainya yang berbaur menyatu.

Apabila kondisi tersebut tidak direspons dengan upaya- upaya penyampaian informasi yang tepat, dikhawatirkan justru dapat mempengaruhi imunitas masyarakat. Padahal yang diharapkan dalam situasi seperti sekarang justru kekuatan masyarakat agar tidak mudah terpapar.

PWI dan MUI Jawa Tengah berharap, saatnya dibangun rasa optimisme masyarakat untuk melawan Covid-19. Salah satu salurannya lewat informasi dan pemberitaan yang bernarasi positif, baik di ranah media massa, media sosial, maupun saluran komunikasi yang lain.

“Dengan begitu, masyarakat tidak merasa seperti ‘diteror’ oleh situasi, keadaan maupun oleh informasi di media massa dan media sosial yang saat ini gencar menginformasikan pandemi Covid-19,” tandas Isdiyanto.

Sementara itu, acara webinar kali ini dipandu moderator Myra Azzahra. Sejumlah narasumber yang dihadirkan antara lain Ketua PWI Jawa Tengah; Wakil Ketua Umum MUI Jawa Tengah, Prof Dr KH Ahmad Rofiq MA; Ketua MUI Jawa Tengah Bidang Organisasi, Hukum dan HAM, Prof Dr KH Abu Rokhmad MA serta Rektor Universitas Dian Nuswantoro, Prof Dr Ir H Edi Noersasongko MKom.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement