Senin 12 Jul 2021 15:22 WIB

YPI Al Azhar Kembangkan Sekolah Asrama di Kaki Gunung Lawu

Jumlah siswa tak lebih dari 20 anak per kelas.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Muhammad Fakhruddin
YPI Al Azhar Kembangkan Sekolah Asrama di Kaki Gunung Lawu (ilustrasi).
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
YPI Al Azhar Kembangkan Sekolah Asrama di Kaki Gunung Lawu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SOLO -- Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al Azhar Jakarta mengembangkan sekolah asrama berepresentasi internasional yang diberi nama Al Azhar Internasional Islamic Boarding School (IIBS) di Desa Salam, Kecamatan Karangpandan, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Sekolah yang terletak di kaki Gunung Lawu tersebut memulai tahun ajaran pertama pada Senin (12/7) diawali dengan kegiatan Masa Orientasi Siswa (MOS).

Sekolah yang berada di bawah naungan Yayasan Makarima tersebut saat ini baru membuka masing-masing dua kelas di SMP dan SMA. Saat ini, jumlah siswa yang sudah dinyatakan diterima sebanyak 70 anak gabungan dari SMP dan SMA. Jumlah siswa tak lebih dari 20 anak per kelas. Dimana ada pemisahan kelas untuk siswa putra dan putri.

Steering Committee Al Azhar IIBS, Taufik Kasturi, mengatakan, IIBS merupakan satu-satunya di Indonesia di bawah YPI Al Azhar Jakarta. "Karena ini sekolah berasrama seperti pesantren. Bedanya dengan Al Azhar sebelumnya, ini hanya menggunakan dua bahasa yaitu Inggris dan Arab," kata Taufik saat konferensi secara virtual, Ahad (11/7) malam.

Rencananya, MOS digelar pada 12-31 Juli mendatang dengan dua konsep yakni daring pada 12-20 Juli, dan luring pada 21-31 Juli. Sekolah telah menyiapkan SOP dengan protokol kesehatan ketat untuk menyambut kedatangan para siswa. Sebelum datang ke sekolah, para siswa bakal menjalani tes swab, dan diulang kembali setelah tiba di sekolah.

Kegiatan MOS mengundang sejumlah pembicara dari luar negeri, antara lain dari Selandia Baru, Mesir, Arab Saudi, Turki, Rusia dan Inggris. Mereka akan bicara tenrang perkembangan dakwah Islam di masing-masing negara itu.

"Tujuannya untuk menggugah semangat dakwah internasional, untuk membuka wawasan internasional murid-murid Al Azhar IIBS," imbuh dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) tersebut.

Taufik menambahkan, Bahasa Arab di IIBS akan diajarkan langsung oleh para syekh, yang saat ini sudah datang ada delapan orang terdiri dari enam syekh dan dua syekhah. Sedangkan untuk Bahasa Inggris, sekolah sudah mendesain agar para murid bisa mendapat skor IELTS dan TOEFL. Sehingga nantinya mereka bisa melanjutkan sekolah di luar negeri dengan pengantar Bahasa Inggris, maupun di Timur Tengah dengan pengantar Bahasa Arab. Selain itu, Al Azhar IIBS memiliki ekstrakurikuler Turkish Corner yang menghadirkan native untuk mengajar Bahasa Turki.

"Kami sudah MoU dengan kampus di Inggris, Rusia, dan Malaysia, dan persiapan kampus-kampus di Turki. Di antaranya terkait pertukaran pelajar dan pertukaran guru," ucap Guru Besar Fakultas Psikologi UMS tersebut.

Sementara itu, CEO Al Azhar IIBS, Kartika Dewi Anggraini, mengatakan, IIBS didirikan dengan sebuah program konsep idealisme dimana mempunyai motto tujuan awal ingin membawa anak-anak menjadi generasi terbaik. IIBS diharapkan bukan hanya sebuah sekolah tetapi komunitas untuk membuat generasi yang melesat. Kurikulum Al Azhar IIBS merupakan kolaborasi antara sekolah Al Azhar Solo Baru di Sukoharjo dan Pondok Pesantren Isy Karima di Karanganyar.

"Kami mengajarkan tiga hal mendasar. Pertama, pembelajaran Alquran, kami berharap semua anak-anak menjadi hafiz. Kedua, adabnya akan betul-betul kami tekankan, serta ketiga, world class education," terang Kartika.

Nantinya, anak-anak yang bersekolah di IIBS setelah lulus misalnya menjadi seorang pengusaha, maka dia juga hafiz, punya adab bagus dan bisa berdakwah di dunia internasional. "Setiap anak harus punya dasar Alquran yang kuat, adab baik dan mindset internasional. Sehingga dia bisa berdakwah dengan Islam rahmatan lil alamin," ujar Kartika.

Para pengajar di Al Azhar IIBS berasal dari dosen UMS, pengajar-pengajar dari Pesantren Isy Karima dan sekolah Al Azhar Solo Baru, serta para pengajar dari negara-negara Timur Tengah. Terkait biaya sekolah, Kartika menyebut totalnya sekitar Rp 30 juta untuk pembayaran pertama. Selebihnya bisa diangsur selama dua tahun. Namun, sekolah memberikan potongan kepada siswa yang hafal Alquran sebesar Rp 1 juta per hafalan satu juz.

Kartika menambahkan, terkait penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat, sekolah akan menunggu kebijakan dari pemerintah pusat tentang kemungkinan diperpanjangan. Jika nantinya PPKM Darurat diperpanjang, maka siswa yang didatangkan tahap pertama berasal dari wilayah Solo Raya. Kemudian, kegiatan pembelajaran akan menggunakan kombinasi daring dan luring atau disebut blended learning, sembari menunggu siswa dari daerah lain datang ke sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement