Ahad 18 Jul 2021 09:59 WIB

Pasien Saraf Terjepit Perlu Lakukan Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik diperlukan sebelum menjalani prosedur penanganan saraf terjepit.

Pemeriksaan fisik diperlukan sebelum menjalani prosedur penanganan saraf terjepit (Foto: ilustrasi)
Foto: Pxfuel
Pemeriksaan fisik diperlukan sebelum menjalani prosedur penanganan saraf terjepit (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter spesialis bedah saraf Mustaqim Prasetya dari Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Saraf (PERDOSSI), mengatakan, orang dengan gejala nyeri akibat saraf terjepit atau Hernia Nukleus Pulposus (HNP) perlu menjalani pemeriksaan fisik dulu sebelum menjalani prosedur penanganan apapun. Nyeri akibat HNP bila pada bagian lumbal atau pinggang biasanya terasa di satu sisi kemudian menjalar ke bokong, tungkai sesuai daerah saraf yang diatur oleh lokasi saraf yang bersangkutan di tulang belakang.

"Setelah dikonfirmasi secara klinis, maka diperlukan pemeriksaan radiologis untuk melihat secara lebih detil tentang keterlibatan struktur di tulang belakang," kata dia dalam sebuah webinar kesehatan, dikutip Ahad (18/7).

Baca Juga

Nyeri juga bisa terasa di leher atau di antara tulang belikat dan biasanya menjalar ke bahu, lengan, hingga jari-jari tangan pada satu sisi. Pasien terkadang merasa kesemutan dan nyeri yang dia alami bisa bertambah berat dengan perubahan posisi.

Lebih lanjut untuk menegakkan diagnosis, dokter bisa meminta pasien melakukan sejumlah pemeriksaan lain seperti rontgen untuk melihat ada tidaknya tumor, infeksi fraktur dan lainnya; magnetic resonance imaging (MRI) untuk melihat jaringan sekitar tulang belakang, ada tidaknya pembengkakan, proses degeneratif dan tumor. Tak hanya itu, pemeriksaan seperti myelogram juga bisa disarankan untuk melihat struktur tulang belakang keseluruhan sekaligus laju hantaran saraf untuk mengetahui level saraf yang mengalami penekanan.

Setelah mengetahui secara jelas penyakit pasien, dokter bisa membantu mengurangi nyeri mulai dari meminta pasien beristirahat agar menjadi rileks, melakukan koreksi postur misalnya tidak melakukan gerakan yang memicu nyeri, memperbaiki gerakan mengangkat, hingga menghindari mengangkat benda berat dan berusaha tidak menggunakan otot-otot secara berlebihan. Selain itu, dokter juga bisa memberi terapi pada pasien melalui obat penghilang nyeri golongan antiinflamasi non-steroid atau yang sifatnya steroid.

"Efek dari fisioterapi semisal dihangatkan, obat-obat untuk relaksan otot karena saat nyeri biasanya ada kompensasi dari otot membantu mengatasi beban pada tulang belakang sehingga otot mengalami spasme," tutur Mustaqim.

Penanganan nyeri sekaligus HNP pun bisa diatasi dengan operasi. Biasanya, ada syarat yang harus dipenuhi pasien dan prosedur ini membutuhkan waktu untuk mempersiapkannya.

Di sisi lain, tidak semua pasien bisa menjalani operasi. Ada beberapa hal yang menjadi penyebab seperti usia lanjut, kondisi medis pada pasien sehingga menyebabkan toleransi operasi tidak baik seperti pasien dengan penyakit jantung, diabetes, gangguan autoimun.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement