Ahad 25 Jul 2021 19:50 WIB

Cara Pak Budi Bantu Masyarakat Melawan Pandemi

Suplemen dibagikannya secara cuma- cuma, kepada tenaga kesehatan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Para relawan Synthesa Herbal mengemas suplemen probiotik, di lingkungan Rekesan, Jalan Gumukrejo,  Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (24/7). Setiap hari, industri herbal rumahan ini mengemas ribuan botol suplemen tersebut untuk didonasikan kepada para tenaga kesehatan penanganan Covid-19, di 127 rumah sakit dan 660 puskesmas di berbagai daerah di tanah air.
Foto: Republika/bowo pribadi
Para relawan Synthesa Herbal mengemas suplemen probiotik, di lingkungan Rekesan, Jalan Gumukrejo,  Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (24/7). Setiap hari, industri herbal rumahan ini mengemas ribuan botol suplemen tersebut untuk didonasikan kepada para tenaga kesehatan penanganan Covid-19, di 127 rumah sakit dan 660 puskesmas di berbagai daerah di tanah air.

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Pandemi Covid-19 yang masih berlanjut, menyisakan beragam persoalan di masyarakat. Tak hanya persoalan kesehatan dan perekonomian, pandemi juga menghadirkan beragam persoalan sosial di masyarakat.

Di satu sisi, pandemi juga ‘melahirkan’ pribadi- pribadi --yang dengan keikhlasan dan ketulusannya-- mau bermurah hati dan bahkan berkorban demi bisa membantu masyarakat lain dalam menghadapi situasi yang serba sulit tersebut.

Salah satunya adalah Ahmad Budiharjo, warga lingkungan kampung Rekesan, Jalan Gumukrejo,  Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah.

Pria --yang pada 23 Juli 2021 kemarin genap berusia 66 tahun-- tersebut bukanlah seorang konglomerat atau salah satu rich crazy di negeri ini. Namun hanya pemilik usaha rumahan Synthesa Herbal, yang memproduksi berbagai minuman herbal.

Tetapi, setiap hari ia memproduksi tak kurang 3.500 botol suplemen probiotik berlabel Immunity Platinum kemasan 30 dan 10 mililiter untuk dibagikannya secara cuma- cuma, kepada tenaga kesehatan di ratusan rumah sakit dan puskesmas yang tersebar di berbagai daerah, di tanah air.

Bahkan --sejak kasus Covid-19 kembali melonjak-- beberapa bulan terakhir, siapapun masyarakat yang membutuhkan suplemen probiotik tersebut pasti akan dipenuhinya.

“Tidak usah membeli atau mengganti ongkos kirim, syaratnya hanya mencantumkan alamat pengiriman yang jelas, itu saja,” ungkap pria yang akrab disapa ‘pak Budi’, saat ditemui di sela- sela aktivitasnya, di Salatiga, Sabtu (24/7).

Bersama para relawannya, kini Budiharjo memang banyak memproduksi suplemen berbahan dasar herbal tersebut. Karena permintaaan bantuan baik dari lembaga maupun perorangan di berbagai daerah di tanah air juga meningkat hingga 10 kali lipat.

Sehingga, dalam sehari ia hanya tidur paling lama sekitar 2 jam saja. Karena untuk menyiapkan produk suplemen herbal yang didonasikannya --mulai dari pengisian hingga pengepakan-- jamak dikerjakan hingga pukul 03.00 WIB dini hari.

Sementara, mereka sudah harus bangun kembali untuk Shalat Subuh pukul 05.00WIB, serta kembali mengerjakan dan meneruskan pekerjaan yang lain. “Karena mereka yang membantu saya umumnya juga memiliki pekerjaan tetap, selain ikhlas menjadi relawan,” jelasnya.

Tak hanya itu, Budiharjo kini juga sering melakukan roadshow ke berbagai daerah –baik di Jawa Tengah maupun di luar daerah-- untuk membagi ilmunya, khususnya cara membuat probiotik herbal tersebut ke berbagai pedesaan.

Menurutnya, itu menjadi salah satu cara konkret untuk membantu masyarakat untuk menghadapi pandemi Covid-19. Mengapa ke desa- desa, sebab probiotik herbal ini bahan bakunya sebenarnya memang banyak tersedia di pedesaan.

Apakah itu daun kelor, bunga telang, tomat, cabai dan beberapa bahan yang mudah didapatkan lainnya bisa dibuat probiotik dengan cara yang sederhana dan murah.

Simpelnya, jika masyarakat desa memiliki kemampuan untuk membuat sendiri dan nantinya juga digunakan sendiri, maka komunitas masyarakat di pedesaan bisa meningkatkan imunitasnya secara mandiri dengan memanfaatkan dan mengolah sumberdaya yang ada di sekitarnya.

Jadi bukan dengan cara memberikan mereka informasi- informasi yang simpang siur –seperti misalnya—susu beruang, obat cacing dan lainnya, yang ujung- ujungnya ada yang memanfaatkan untuk tujuan komersil.

“Kalau semua bisa begitu, Insya Allah tidak ada lagi cerita biaya yang mahal untuk ‘melawan’ Covid-19, di negeri yang kaya sumber daya alam ini,” tegasnya.

Ia juga menjelaskan, dalam dunia medis dan penelitian kesehatan di manapun, musuh virus itu ada dua. Di dalam tubuh itu ‘musuhnya’ imunitas dan di luar tubuh ‘musuhnya’ adalah hidup bersih dan sehat, yang kemudian ‘diterjemahkan’ dengan protokol kesehatan.

Ia berikhtiar membantu masyarakat menciptakan ‘musuh’ virus dari dalam dengan mengenalkan probiotik sebagai imuno modulator. Probiotik akan mengubah karbohidrat menjadi asam laktat.

“Di dalam tubuh, asam laktat sangat berperan dalam meningkatkan imunitas dan kesehatan, seperti membantu regenerasi sel dan lainnya,” tambah Budiharjo.

Pada masa awal pandemi Covid-19 tahun lalu, awalnya hanya memproduksi 5.000 botol suplemen probiotik untuk disumbangkan kepada RSUP dr Kariadi Semarang, yang saat itu banyak tenaga kesehatan yang ikut terpapar.

Suplemen probiotik itu diberikan untuk mendukung imunitas bagi para tenaga kesehatan yang terpapar. Melalui jaringan lintas relawan, suplemen probiotik herbal yang diproduksinya juga mulai dikenal dan dibutuhkan oleh rumah sakit di daerah lain.

Termasuk permintaan dari komunitas dokter melalui Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sehingga dalam setiap kemasan dicantumkan tulisan ‘Bantuan Untuk Tim Medis Covid-19’ dan pada setiap botol kemasan juga dicantumkan tera Not For Sale (tidak untuk dijual).

Hingga saat ini, ada 127 rumah sakit serta lebih dari 660 puskesmas yang telah memanfaatkan. Setelah Covid-19 kembali melonjak, suplemen probiotik tidak hanya diberikan untuk mereka yang terpapar.

Namun juga untuk menjaga keseimbangan imunitas bagi yang belum terpapar. Karena keseimbangan imunitas di tengah tingginya penambahan kasus Covid-19 juga menjadi hal yang penting.

Maka ia tidak lagi melihat apakah itu tim medis atau bukan, faktanya klaster penularan juga semakin ada di mana- mana. Jadi apakah itu keluarga, RT, RW, perkantoran, pesantren, jemaah gereja atau yang lain semua diberinya secara cuma- cuma.

Bahkan para driver ojol yang membutuhkan dan mampir ke rumahnya juga diberi. ia berharap dengan ikut menjaga yang belum terpapar juga akan bisa membantu memutus mata rantai penyebaran Covid-19.

Hingga saat ini sudah hampir satu juta botol probiotik herbal telah didonasikan rumah sakit, puskesmas dan masyarakat di tanah air. Semuanya tidak bersyarat dan diberikan secara cuma- cuma.

Kendati begitu, ia mengaku tidak merugi meski harus mengeluarkan biaya pribadi. Karena rejeki masih bisa datang melalui ‘jalan’ yang lain dan itu cukup baginya. “Itu ‘matematika’ Allah, yang saya sendiri juga tidak tahu,” tandasnya.

Arifin (29), salah satu driver ojol di Kota Salatiga yang ditemui saat meminta langsung ke rumah Budiharjo mengaku terbantu dengan megonsumsi probiotik herbal tersebut.

Sebagai pengemudi ojol yang banyak berinteraksi dengan banyak orang, merasa perlu melindungi diri agar tidak tertular. “Salah satunya dengan memanfaatkan pemberian sulemen probiotik dari pak Bufiharjo ini,” jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement