Kamis 29 Jul 2021 15:51 WIB

Panen Raya Kopi Jadi Penggerak Ekonomi di Masa Pandemi

Masa panen raya berlangsung dari Juli hingga akhir September mendatang.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
  Tenaga petik kopi borongan melaksanakan aktivitas petik kopi di Kebun Gertas, Afdeling Asinan, PTPN IX, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (29/7). Selama masa panen raya kopi pada Juli hingga akhir September nanti, panen raya kopi di kebun ini menyerap 500 tenaga petik borongan untuk meggerakkan ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid-19.
Foto: Bowo Pribadi.
Tenaga petik kopi borongan melaksanakan aktivitas petik kopi di Kebun Gertas, Afdeling Asinan, PTPN IX, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Kamis (29/7). Selama masa panen raya kopi pada Juli hingga akhir September nanti, panen raya kopi di kebun ini menyerap 500 tenaga petik borongan untuk meggerakkan ekonomi masyarakat di masa pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Guna mengoptimalkan hasil panen raya kopi, PT Perkebunan Nusantara IX (PTPN IX) memenuhi kebutuhan vitamin dan suplemen gizi harian para tenaga petik di Kebun Gertas, Sub Unit Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Upaya ini dilakukan manajemen PTPN IX untuk mendukung kesehatan serta kebugaran ratusan tenaga petik, dalam memaksimalkan hasil panen kopi di Kebun Gertas, yang pada saat ini tengah memasuki masa panen raya.

“Selain karena masih dalam situasi pandemi, pada masa panen raya kopi kali ini terjadi kenaikan produksi hingga 700 persen di Kebun Gertas,” ungkap Manager Kebun Kopi Gertas, Sigit Sujatmoko, di sela melihat panen raya kopi di Kebun Gertas, Kamis (22/7).

Ia mengungkapkan, panen raya tanaman tahunan, khususnya tanaman kopi di Kebun Gertas, Afdelling Asinan kali ini cukup menggembirakan, meski di tengah situasi pandemi Covid-19 yang belum kunjung usai.

Produktivitas tanaman kopi tersebut mampu menyerap tak kurang 500 orang tenaga petik lepas (borongan) per hari. Baik tenaga petik dari sekitar lokasi Kebun Gertas maupun ratusan tenaga petik dari berbagai daerah di sekitar Kabupaten Semarang.

“Seperti tenaga petik lepas harian dari wilayah Kabupaten Temanggung, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali, maupun para tenaga petik dari Kota Salatiga,” jelasnya.  

Agar hasil panen raya kopi tersebut bisa lebih optimal, masih jelas Sigit, salah satunya dilakukan dengan memenuhi kebutuhan asupan kesehatan kepada ratusan tenaga petik lepas tersebut, selama masa panen raya yang berlangsung dari Juli hingga akhir September mendatang.

Setiap hari, para tenaga petik itu diberikan vitamin serta asupan suplemen bergizi untuk mendukung kesehatan dan daya tahan mereka. Tujuannya tak lain agar para tenaga petik juga bisa memaksimalkan pekerjaan mereka.

Adapun bagi PTPN IX, hal tersebut menjadi salah satu kiat untuk mengoptimalisasi hasil panen kopi dari kebun Gertas yang produktivitasnya cukup tinggi, pada panen raya kali ini.

Dengan begitu, panen raya kopi bisa menjadi penggerak ekonomi di masa pandemi. “Kami juga berharap, upaya ini akan bisa membantu para tenaga petik baik dari sisi ekonomi dan kesehatan di tengah situasi yang serba sulit akibat Covid-19,” tambahnya.

Ia juga menyampaikan, di masa pandemi Covid-19, harga komoditas kopi cukup stabil pada kisaran harga  Rp 30 ribu per kilogram untuk bijih kopi kering. “Sementara harga pokok kita, alhamdulillah juga terkendali di angka Rp 27 ribu per kg. Jadi masih ada margin,” katanya.

Untuk panen raya kali ini, tambah Sigit, peluang untuk mendongkrak hasil produksi juga masih terbuka. Selaian karena produksinya yang cukup melimpah, secara kualitas bijih kopi hasil panen raya kali ini juga relatif bagus.

Selama ini, kopi hasil produksi Kebun Gertas permintaannya juga cukup stabil. Baik untuk permintaan pangsa pasar lokal maupun pangsa pasar global. Khusus bijih kopi dari Kebun Getas juga untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke negara tujuan seperti Australia, Amerika Serikat, dan Jepang.

Sedangkan luas lahan perkebunan kopi di Kebun Gertas mencapai 341,45 hektare dengan tanaman kopi jenis Robusta. “Tahun lalu produktivitasnya hanya mencapai 53 ton. Pada panen raya tahun ini berdasarkan taksasi, bisa mencapai 371 ton,” tambahnya.

Salah seorang peker petik kopi, Miskotun (43 tahun) menyatakan telah bekerja sebagai tenaga petik borongan di Kebun Gertas PTPN IX selama hampir sembilan tahun. Warga Desa Wonokerso, Kecamatan Pringsurat, Kabupaten Temanggung itu, mengaku masa panen raya kopi merupakan berkah baginya.

Karena masa panen raya bisa berlangsung mulai Juli hingga akhir September nanti. Guna menambah pendapatan selain sebagai tenaga petik lepas, ia juga ikut bekerja mulai dari proses pupuk, pangkas, hingga pascapanen.

Untuk panen kopi ia mendapatkan upah Rp 1.000 untuk setiap satu kilogram kopi basah. Dalam satu hari, rata- rata ia bisa memetik hingga 100 kilogram bijih kopi basah.

Alhamdulillah, dalam situasi seperti ini (Covid-19) masih bisa mendapatkan penghasilan dan kami para tenaga petik kopi juga dibantu vitamin dan suplemen kesehatan,” ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement