Kamis 29 Jul 2021 23:27 WIB

Jateng Raih Penghargaan Provinsi Pelopor Layak Anak

Sebelumnya ada tiga kabupaten di Jateng yang belum layak anak.

Jateng Raih Penghargaan Provinsi Pelopor Layak Anak (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Jateng Raih Penghargaan Provinsi Pelopor Layak Anak (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Jawa Tengah meraih penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak setelah dinilai sebagai Provinsi Pelopor Layak Anak di Indonesia.

Penyerahan penghargaan dilakukan secara daring di Semarang, Kamis, dan diterima oleh Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana (DP3AP2AKB) Jateng Retno Sudewi.

"Alhamdulillah, 100 persen kabupaten/kota di kitasudah dinyatakan layak anak, sehingga hari ini Jateng jadi pelopor provinsi layak anak di Indonesia," kata Retno.

Ia mengungkapkan, sebelumnya ada tiga kabupaten di Jateng yang belum layak anak yakni Kabupaten Purbalingga, Wonogiri, dan Banjarnegara.

"Tahun ini ketiganya sudah masuk sebagai kabupaten/kota layak anak. Jadi sudah lengkap," ujarnya.

Dewi menjelaskan dari 35 kabupaten/kota di Jateng yang mendapatkan penghargaan, 14 kabupaten/kota mendapat predikat madya, 13 kabupaten/kota dapat predikat pratama dan tujuh kabupaten/kota mendapat predikat nindya.

"Satu-satunya daerah di Jateng yang mendapat predikat utama adalah Kota Surakarta," katanya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyampaikan terima kasih kepada semua pihak karena sudah berusaha keras menjadikan seluruh kabupaten/kota di Jateng layak anak.

"Maka sekarang Jateng dinobatkan jadi pelopor, tapi tidak cukup hanya 'statement' layak anak, mudah-mudahan secara operasional betul-betul kelayakannya teruji. Anak-anak bisa nyaman di manapun, termasuk saat sekolah, saat bermain dan sebagainya. Anak benar-benar tidak ada yang terancam saat beraktivitas," ujar Ganjar.

Dalam kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini, Ganjar meminta anak-anak harus mendapat perhatian karena kegiatan mereka yang banyak di rumah dan tidak terpantau.

Selain itu, banyak anak yang keasyikan bermain "game" dan banyak yang stres karena tugas sekolah.

"Saya minta coba perhatikan mereka ini, sekarang kondisinya seperti apa. Ada riset kecil untuk bisa tahu kondisinya, apakah jenuh, stres, apakah ada kekerasan atau tidak saat proses belajar mengajar dan lainnya. Kan banyak sekarang karena daring dan orang tua tidak bisa mendampingi, justru orang tuanya marah-marah dan anak jadi stres. Ini harus dicek," katanya.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement