Jumat 30 Jul 2021 15:51 WIB

BI Solo dan Rumah Zakat Berikan Pelatihan UMKM Batik

Pelatihan secara daring ini bertujuan mendorong literasi digital anggota paguyuban.

Rep: Binti Sholikah/ Red: Yusuf Assidiq
Bank Indonesia (BI) Solo dan Rumah Zakat Solo melaksanakan pelatihan kepada Klaster Batik Paguyuban Giriarum di Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, secara daring pada Jumat (30/7).
Foto: dok. BI Solo
Bank Indonesia (BI) Solo dan Rumah Zakat Solo melaksanakan pelatihan kepada Klaster Batik Paguyuban Giriarum di Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, secara daring pada Jumat (30/7).

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bank Indonesia (BI) Solo dan Rumah Zakat Solo melaksanakan pelatihan kepada Klaster Batik Paguyuban Giriarum di Girilayu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, secara daring pada Jumat (30/7). Pelatihan kedua tersebut mengambil topik Menjadi Wirausaha di Industri Kreatif yang Mandiri dan Sukses.

Pelatihan menghadirkan narasumber pendiri komunitas Pelanusa dari Malang, Jawa Timur, Endahing Noor Suryanti, serta Joko Adiyanto dari Rumah Zakat Solo. Kepala Perwakilan BI Solo, Nugroho Joko Prastowo, mengatakan, pelatihan tersebut merupakan kelanjutan pelatihan pertama yang digelar secara tatap muka pada 16-17 Juni.

Pelatihan pertama bertema pengelolaan keuangan pribadi dan usaha serta pengenalan produk dan layanan lembaga keuangan. Kali ini, pelatihan digelar secara daring dengan mempertimbangkan kondisi pandemi Covid-19 dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Level 4 di Solo Raya.

"Pelatihan secara daring ini juga bertujuan untuk mendorong literasi digital anggota paguyuban dan melatih agility mereka di dunia digital yang semakin berkembang pesat di era pandemi," kata Nugroho dalam sambutannya.

Ia menyatakan, pelatihan yang diberikan kepada paguyuban klaster batik Giriarum disesuaikan dengan hasil identifikasi permasalahan yang dihadapi anggota paguyuban. Permasalahan itu antara lain terkait permodalan, pola pikir (mindset) sebagai pekerja, pemasaran, hingga perlunya inovasi untuk diversifikasi produk agar dapat bersaing dan menjangkau pasar yang lebih luas.

Menurutnya, sebagian besar anggota paguyuban masih memiliki pola pikir sebagai pekerja atau buruh sehingga keuntungan yang didapat hanya pada sebatas upah yang diterima. Sehingga, diperlukan perubahan pola pikir pekerja menjadi wirausaha.

Hal itu akan memotivasi para anggota paguyuban untuk selalu produktif dan melakukan inovasi baru dalam menciptakan peluang usaha yang menguntungkan. "Dengan berwirausaha, anggota paguyuban juga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraannya, sekaligus menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi angka pengangguran," imbuh Nugroho.

Ditambahkan, salah satu kunci keberhasilan menjalankan usaha yakni kemampuan berinovasi dan berkreasi, terutama di masa pandemi seperti sekarang ini. Pelaku usaha dituntut memiliki kemampuan beradaptasi dengan perilaku konsumen yang berubah dari sebelumnya. Caranya, dengan memanfaatkan teknologi digital.

"Saat ini, jualan tidak harus di toko, tapi bisa di rumah, menerima pesanan dari ponsel. Pembayaran bisa dilakukan nontunai dengan QRIS atau metode lainnya," ujarnya.

Dalam paparannya, pendiri Pelanusa, Endahing Noor Suryanti, menceritakan pengalamannya mengajak kaum perempuan di Kabupaten Malang bekerja agar bisa menjadi wirausaha dan memperbaiki perekonomian mereka. UMKM tersebut bergerak di bidang kerajinan tekstil dengan memanfaatkan limbah kain perca sebagai bahan baku produksi.

Pendampingan dilakukan dengan menyelenggarakan pelatihan maupun workshop secara rutin. Selain itu, komunitas tersebut juga memanfaatkan koperasi sebagai sarana pemasaran produk. "Kami sudah bisa ekspor produk ke Jepang, menurut mereka pengiriman tepat waktu dan produk kami memiliki ciri khas ada batiknya," jelas Endahing

Sejumlah produk yang dihasilkan UMKM Pelanusa antara lain, tas, masker, bed cover, dan sebagainya. Menurutnya, sebelum para anggota Pelanusa tergabung dalam komunitas, kemampuan produksi hanya sekitar 50 buah. Sedangkan setelah tergabung dalam komunitas, kemampuan produksi mencapai 1.000 buah.

"Omzet kami selama pandemi pernah mencapai Rp 100 juta per bulan karena produk yang kami buat sesuai dengan kebutuhan masyarakat selama pandemi," ujar Endahing.

Sementara Joko Adiyanto dari Rumah Zakat Solo, mengupas mengenai kiat sukses menjadi pengusaha muda kreatif dan inovatif. Setelah pemaparan materi, anggota paguyuban klaster batik Giriarum melakukan praktik sesuai dengan kelompok yang telah terbagi sebelumnya. Praktik tersebut antara lain, membatik kaos berbagai motif, membuat hiasan dinding berbagai motif, melukis kaos, dan sebagainya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement