Jumat 30 Jul 2021 17:11 WIB

'PPKM Percepat Langkah Pembaharuan Pendidikan'

Sekitar 500 kepala sekolah SMK akan mengikuti Kelas Perubahan selama 17 pekan.

Salah satu kegiatan workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Kamis (20/12).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Salah satu kegiatan workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di Pondok Pesantren (Ponpes) Tebuireng, Jombang, Kamis (20/12).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) telah membuat banyak kegiatan di bidang sosial, ekonomi, dan pendidikan terhenti. Akan tetapi, Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) berpandangan situasi saat ini justru bisa mempercepat langkah pembaharuan pendidikan.

"Proses pembaharuan ini diharapkan dapat mengakar kuat menjadi ekosistem dan budaya sekolah yang adaptif dan siap untuk mengantisipasi perubahan akibat disrupsi teknologi saat ini," kata pendiri GSM, Muhammad Nur Rizal saat acara kick off pendampingan Sekolah Menyenangkan berbasis GSM terhadap 500 SMK seluruh Indonesia secara daring, Kamis (29/7).

Menurut Rizal, program pendampingan ini bertujuan untuk memperkuat perubahan mindset yang diajarkan di pelatihan tahun lalu, sehingga dapat berdampak pada perbaikan iklim sekolah, perilaku pengajaran dan pembelajaran yang baru, serta karakter dan kompetensi siswa yang dibutuhkan di masa depan.

Melalui program ini, kata Rizal, GSM ingin mengajak kementerian untuk menciptakan iklim pelatihan guru yang memiliki korelasi dengan mutu pembelajaran. Pada hari yang sama, GSM juga melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada ratusan kepala sekolah dari beberapa provinsi di bawah binaan BBPPMPV BBL di Medan secara daring. 

 

"Sepertinya, model pelatihan dan pendampingan GSM ini banyak diminati oleh guru-guru di Indonesia," tutur Rizal yang juga dosen Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada ini.

Apabila situasi memungkinkan, pendampingan tidak hanya dilakukan secara daring tetapi juga hibrid, dengan melakukan kunjungan tatap muka untuk menyapa sekolah-sekolah di regional yang berbeda. 

"Kekosongan waktu yang relatif lama dari pelatihan tahun lalu hingga pendampingan sekarang disebabkan penggunaan pendekatan baru antara kekuatan akar rumput dengan pemerintah yang kental akan aturan, dalam hal ini Direktoral Jendral Pendidikan Vokasi Kemdikbudristek. Hal ini menuntut banyak penyesuaian antar kedua pihak agar kerja sama berjalan secara sinergis," kata Rizal.

Sekitar 500 kepala sekolah SMK yang telah mengikuti pelatihan pada September hingga Desember tahun lalu akan mengikuti Kelas Perubahan selama 17 pekan hingga Desember tahun ini. Peserta akan dilatih terkait strategi perubahan mindset agar dapat diterapkan di sekolah, pembelajaran yang lebih menekankan penalaran dan kesadaran diri, dan kepemimpinan dan pengelolaan agar kepala sekolah dapat menginisasi dan memastikan pembaharuan pendidikan terjadi di sekolah.

Co-Founder GSM, Novi Candra, mengatakan Kelas Perubahan ini didesain sedemikian rupa untuk membantu para kepala sekolah membangun perubahan mindset dan perilaku secara komunal melalui community development yang lebih tersistematis. "Perubahan secara komunal ditekankan dalam kelas ini karena pendekatan ini dipercayai oleh GSM dapat merubah keyakinan dan perilaku," ujar psikolog Universitas Gadjah Mada ini.

Kelas ini tidak hanya diikuti oleh satu peserta dari perwakilah sekolah melainkan kepala sekolah harus mengajak tiga orang wakil sekolah yang dapat dijadikan koalisi di sekolahnya. Selain itu, pendekatan pengajaran yang dipakai adalah andragogi, di mana proses belajar peserta harus terkoneksi antara pengalaman dan kebutuhan mereka. 

"Sehingga, kelas ini tidak akan menyita banyak waktu peserta seperti pelatihan pada umumnya karena peserta akan banyak mempraktikkan konsep yang didapat di Kelas Perubahan untuk diimplementasikan di sekolahnya. Kelas Perubahan ini juga memastikan terjadinya stimulasi aktivitas berbagi dan berkolaborasi antar sekolah sehingga komunitas-komunitas kecil yang terlihat pergerakannya akan terbentuk," katanya.

Selain itu, keunikan dari Kelas Perubahan ini juga terletak pada adanya materi tentang pengembangan praktik bersama antar guru di sekolah, dan antar sekolah. Pengembangan praktik bersama dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru di luar pelatihan resmi dengan cara membangun kolaborasi melalui pertukaran praktik yang sudah dilakukan yang berdampak pada peningkatan mutu pembelajaran. Pengembangan praktik bersama dilakukan berdasarkan praktik yang sudah dilakukan, bukan sekedar pengetahuan, lalu dilanjutkan proses refleksi untuk mengembangkan kualitas praktik berikutnya.

"Kelas Perubahan ini tidak hanya sekedar kelas yang diisi materi tentang perubahan, tetapi bertujuan untuk memastikan terbentuknya komunitas belajar yang mengarah ke profesionalisme guru baru yang sesuai dengan kebutuhan kompetensi abad-21 dan komunitas perubahan yang secara produktif mengupayakan pembaharuan pendidikan melalui kegiatan berbagi dan berkolaborasi," jelas Novi.

Hal ini sejalan dengan framework yang digunakan dalam menjalankan pendampingan ini, yaitu teori manajemen perubahan dari John Kotter yang menyebutkan bahwa perubahan dapat dilakukan ketika terdapat winning team.

Peran kepala sekolah sebagai pemimpin perubahan akan menjadi salah satu fokus utama dalam outcome Kelas Perubahan. Harapannya, transformasi kepemimpinan kepala dapat menciptakan iklim di mana setiap kesempatan dapat berkembang, pengelolaan yang terlalu administratif dapat berhenti dan berganti menjadi pengelolaan sekolah yang lebih meningkatkan iklim dan mutu pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar siswa seperti literasi, penalaran, dan kemampuan memecahkan masalah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement