Kamis 05 Aug 2021 13:39 WIB

Indonesia Lulus Resesi, Istana Sebut Ada Kontribusi Bansos

Penyaluran bansos dan PEN berfungsi menjaga daya beli masyarakat.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Agus Yulianto
Staf Khusus Presiden, Arif Budimanta
Foto: darmawan / republika
Staf Khusus Presiden, Arif Budimanta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istana Kepresidenan menyebutkan ada peran penyaluran bantuan sosial (bansos) dan program pemulihan ekonomi nasional (PEN) dalam tercapainya kinerja ekonomi positif pada kuartal II 2021 ini. Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi Arif Budimanta menyampaikan, penyaluran bansos dan PEN berfungsi menjaga daya beli masyarakat dan membantu pelaku usaha melalui insentif.

"Sejumlah kebijakan pemerintah selama ini melalui program bantuan sosial dan pemulihan ekonomi nasional, turut membantu menahan tekanan kepada masyarakat dan juga pelaku usaha," kata Arif, Kamis (5/8).

 

photo
Petugas memotret warga penerima beras bantuan sosial tunai (BST) di Cikulur, Lebak, Banten, Rabu (4/8/2021). (ANTARA/Muhammad Bagus Khoirunas)

 

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis angka pertumbuhan ekonomi kuartal II 2021 sebesar 7,07 persen. Angka ini sekaligus menegaskan keluarnya Indonesia dari lembah resesi ekonomi sejak 2020 lalu. Selama empat kuartal berurutan, pertumbuhan ekonomi nasional mencatatkan kinerja minus.

Jika dibedah lebih dalam, Arif melanjutkan, struktur pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 ini didukung cukup kuat oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) alias invetasi dan ekspor. Artinya, ujarnya, perekonomian Indonesia ke depan berpeluang tidak lagi mengandalkan konsumsi rumah tangga saja, namun beralih ke sektor produktif yakni investasi dan ekspor. "Pemerintah terus berupaya menjaga momentum ini," ujar Arif.

BPS sendiri juga mencatat bahwa kinerja positif ekonomi tak hanya dialami Indonesia, tapi juga sejumlah negara mitra dagang lain. Pada kuartal II 2021 ini, sejumlah negara terlihat mulai masuk fase ekspansif seperti AS yang ekonominya tumbuh 12,2 persen, China tumbuh 7,9 persen, dan Korea Selatan tumbuh 5,9 persen.

"Untuk itu, kegiatan perekonomian didalam negeri terus dikonsolidasikan untuk dapat merebut peluang dari pemulihan ekonomi global tersebut," katanya.

Beberapa Indikator ekonomi lainnya pada kuartal II juga menunjukan penguatan, seperti indeks keyakinan konsumen (IKK) meningkat 16,4 poin menjadi 104,4 dibanding posisi IKK pada kuartal I 2021 yakni sebesar 88,0.

Realisasi Investasi pada kuartal II 2021 juga tumbuh sebesar 16,2 persen (yoy) atau secara kumulatif Januari hingga Juni 2021 tercatat tumbuh sebesar 10,0 persen (yoy). Sementara dari sisi pemerintah, belanja APBN sudah terealsiasi sebesar Rp 1.170,13 triliun atau 42,55 persen dari total belanja negara sepanjang semester I 2021. Angka realisasi ini naik 9,38 persen dibanding periode yang sama 2020 lalu.

Kendati berbagai perbaikan terlihat, Arif menegaskan bahwa pemerintah berhati-hati dalam menjalankan kebijakan, terlebih situasi pandemi dengan varian Covid-19 baru yang lebih menular. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement