Senin 16 Aug 2021 19:02 WIB

Teknologi Aero Microbubble Kurangi Pencemaran Sungai

Limbah akan melalui proses urai yang dinamakan anaerobik digester.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ikan mati tergeletak di pinggir sungai yang tercemar limbah.
Foto: Antara/Yulius Satria Wijaya
Ikan mati tergeletak di pinggir sungai yang tercemar limbah.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kementerian Lingkungan Hidup pada 2014 melaporkan 60-70 persen sungai telah tercemar limbah rumah tangga. Padahal, sungai-sungai itu sendiri tidak jarang masih digunakan warga untuk kegiatan mandi, cuci, dan sumber air minum.

Melihat kondisi itu, sejumlah mahasiswa PKM Pengabdian Masyarakat Universitas Gadjah Mada (UGM)Yogyakarta mengembangkan inovasi untuk mengurangi tingkat pencemaran sungai. Kali ini, alat dikembangkan melalui teknologi aero microbubble.

Alat dikembangkan Mahesa Audriansyah Agatha, Yeyen Karunia dan Taufik Hermawan (Sekolah Vokasi), Zahratul Khasanah dari Teknik Kimia, dan Pamela Chanifah dari Prodi Kimia (FMIPA). Kegiatan didampingi Felixtianus Eko Wismo Winarto.

Mereka menerapkan teknologi Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di Dusun Drono, Kalurahan Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Kabupaten Sleman, DIY. Mahesa mengatakan, di sana limbah yang dibuang di sungai hasilkan bau tidak sedap.

Melalui program Aero bubble yang mereka kembangkan mampu mengurangi bau tidak sedap di IPAL. Caranya, melarutkan oksigen melalui gelembung-gelembung udara berukuran mikro dengan efektifitas yang tinggi dan merata pada permukaan air.

"Berdasarkan hasil percobaan yang tim kami lakukan untuk menghilangkan bau di limbah IPAL komunal, dengan volume delapan liter diperlukan waktu 20 menit menggunakan alat yang telah kami rancang," kata Mahesa, Senin (16/8).

Mahesa dan tim tidak hanya menerapkan pengolahan limbah, namun mengembangkan energi terbarukan. Salah satunya pemanfaatan bakteri Anaerob pada IPAL sebagai penghasil biogas yang dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak.

"Limbah tersebut akan melalui proses urai yang dinamakan anaerobik digester di ruang kedap udara," ujarnya.

Untuk memaksimalkan potensi IPAL komunal, terutama kepada pemanfaatan bakteri anaerob, biogas merupakan salah satu pemanfaatan yang dapat dilakukan. Bahkan, dinilai mempunyai kebermanfaatan yang tinggi bagi masyarakat di Dusun Drono.

Pengelolaan biogas dari limbah diharap menciptakan pola sinergitas pengelolaan limbah, pemanfaatan energi terjangkau, dan ramah lingkungan dimulai skala kecil. Selain itu, mereka memanfaatkan tenaga surya sebagai sumber energi listrik.

Energi listrik yang dihasilkan panel surya dapat berguna sebagai sumber listrik bagi Aerator di IPAL. Energi listrik di baterai menyalakan Aerator dalam kurun delapan jam, sehingga diharap mengubah paradigma pembangunan di Dusun Drono.

"Kita harapkan program ini dapat membantu mengurangi bau tidak sedap air limbah, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan melakukan pemanfaatan energi terbarukan agar kelestarian lingkungan  masa mendatang tetap terjaga," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement