Ahad 22 Aug 2021 16:16 WIB

Penjualan Barang Antik Pasar Triwindu Solo Turun 90 Persen

Sebelum pandemi, turis dari mancanegara datang ke Pasar Triwindu mencari cendemata.

Perajin menyelesaikan pembuatan lampu hias dari bahan barang-barang bekas di Pasar Antik Triwindu, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (31/7/2021). Produk kerajinan lampu hias yang dijual seharga Rp75 ribu hingga Rp800 ribu tergantung kualitas bahan tersebut banyak diminati pembeli karena lebih murah dan antik dari lampu produksi pabrikan.
Foto: ANTARA/Maulana Surya
Perajin menyelesaikan pembuatan lampu hias dari bahan barang-barang bekas di Pasar Antik Triwindu, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (31/7/2021). Produk kerajinan lampu hias yang dijual seharga Rp75 ribu hingga Rp800 ribu tergantung kualitas bahan tersebut banyak diminati pembeli karena lebih murah dan antik dari lampu produksi pabrikan.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Sejumlah pedagang barang antik di Pasar Triwindu Ngarsopura Banjasari Solo, Jawa Tengah mengungkapkanselama masa pandemi Covid-19 transaksi jual beli mengalami penurunan hingga mencapai 90 persen.

"Perdagangan selama pandemi sejak 2020 hingga tahun ini, dampaknya sangat sepi pengunjung, sehingga transaksi diperkirakan rata-rata hanya sekitar 10 persen per bulan dari pembeli lokal saja," kata Sulardi (47) salah satu pedagang di Pasar Triwindu Solo.

Bahkan, tambahnya,tokonya tutup selama tujuh bulan yakni April hingga November 2020 karena pandemi. Para pedagang barang antik setelah tutup kemudian kembali buka pada Juli 2021, tetapi waktunya dibatasi dan sepi pengunjung yang belanja barang antik.

"Perdagangan barang antik di Pasar Triwindu Ngarsopura Solo, masa pandemi penurunan mencapai 90 persen, karena tidak ada pengunjung yang datang berbelanja," katanya.

Menurut dia, sepinya pengunjung salah satunya karena pariwisata ditutup sehingga tidak ada wisatawan baik dari domestik maupun mancanegara yang masuk dan datang di Pasar Triwindu Solo.

"Selama PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sejak Juli 2021 buka tetapi dibatasi waktunya, sehingga hanya melayani pembeli dari lokal. Sedangkan, wisatawan atau turis dari mancanegara sepi karena pariwisata masih ditutup," kata Sulardi yang berdagang barang antik di Pasar Triwindu Solo, sejak 1992 itu.

Sebelum pandemi, menurut dia, banyak turis dari mancanegara yang datang ke pasar Triwindu, mencari cenderamata. Bahkan, ada yang mencari barang antik lampu peninggalan zaman Belanda yang harganya mulai Rp 650 ribu per buah hingga Rp 5 juta per buah tergantung ukurannya.

Lampu hias antik tersebut diproduksi asal Kabupaten Klaten dan piring peninggalan zaman Jepang bisa dijual mencapai Rp 1 juta hingga Rp 5 juta tergantung keantikan dan ukurannya. Namun, selama pandemi pariwisata tutup sehingga tidak ada wisatawan.

Kendati demikian, pihaknya berharap masa pandemi Covid-19 segera selesai dan perekonomian mulai menggeliat lagi semuanya bisa normal kembali.

"Kami menunggu dari pemerintah dan mudah-mudahan pandemi sudah berlalu dan eksis lagi, semangat lagi bertemu dengan berbagai relasi baik dari Cirebon, Surabaya, Jawa Barat, dan Bali semua belum bisa masuk ke Solo," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement