Selasa 24 Aug 2021 16:15 WIB

Harga Sayuran Anjlok, Hanya Tomat yang Bertahan

Sayuran seperti buncis, timun, dan terong hanya dihargai Rp 2.000 per kg.

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yusuf Assidiq
Penjual sayuran dan buah saat melayani pembeli di pasar tradisional.
Foto: Antara/Arif Firmansyah
Penjual sayuran dan buah saat melayani pembeli di pasar tradisional.

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Sejak beberapa waktu terakhir, harga berbagai sayuran di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, anjlok. Bahkan harga di tingkat petani, anjloknya lebih dalam lagi.

''Hampir semua harga sayuran anjlok. Hanya tomat saja yang masih agak bertahan,'' jelas Ketua Asosiasi Petani Hortikultura Purbalingga, Bambang Wuryono, Selasa (24/8).

Ia menyebutkan, hampir semua jenis tanaman sayuran yang biasa ditanam petani di sentra pertanian hortikultura wilayah Kecamatan Karangreja, seperti sudah tidak ada harganya sama sekali. ''Harga di tingkat petani, hanya cukup untuk ongkos membayar tenaga kerja panen. Jadi sudah tidak perlu lagi bicara soal untung,'' katanya.

Seperti harga berbagai jenis cabai rawit, Bambang menyebutkan, di tingkat petani hanya dihargai Rp 3.000 per kg. Hanya cabai merah yang harganya masih di atas Rp 5.000 per kg.

Demikian dengan cesim yang dihargai Rp 3.000 per kg. Bahkan sayuran seperti buncis, timun, dan terong hanya dihargai Rp 2.000 per kg. ''Hanya tomat yang masih laku dijual Rp 10 ribu per kg,'' katanya.

Bambang mengaku tidak tahu, mengapa harga berbagai macam sayuran bisa anjlok secara bersamaan seperti sekarang ini. ''Kalau hanya cabai yang anjlok, saya bisa mengerti karena mungkin pada saat bersamaan banyak petani di daerah lain yang juga menanam cabai. Tapi sekarang ini, hampir seluruh jenis sayuran harganya anjlok secara bareng-bareng,'' ujar dia.

Meski demikian, dia mengaku petani hortikultura di Purbalingga, umumnya sudah tidak terlalu kaget dengan harga sayuran yang anjlok pada saat musim panen. ''Sudah biasa. Kenyataannya, kalau harga sudah seperti sekarang ini, petani memang hanya bisa pasrah. Yo wis ben, dudu rejekine,'' jelasnya.

Diakui, dalam kondisi seperti sekarang memang sudah tidak bisa berharap banyak pada pemerintah. Hal ini mengingat komoditas sayuran memang komoditas yang tidak bisa disimpan, kemudian dijual pada saat harga sedang tinggi.

''Bertani sayuran itu susah. Kalau panen bagus dan harga bagus, itu sudah rezekinya. Kalau panen bagus tapi harga anjlok, ya sudah rejekinya juga,'' katanya.

Terkait harga di pasar-pasar tradisional, harga berbagai jenis cabai saat ini memang sudah jauh di bawah harga normal. Seperti di Pasar Wage Purwokerto, harga cabai merah keriting saat ini hanya dijual seharga Rp 16 ribu per kg. Padahal normalnya mencapai Rp 30 ribu hingga Rp 40 ribu per kg.

Soimah, seorang pedagang sayuran mengakui, harga semua jenis cabai saat ini memang sedang anjlok karena pasokan melimpah. Selain cabai, dia menyebutkan, harga berbagai jenis sayuran saat ini juga turun. Seperti daun bawang, saat ini dijual seharga Rp 10 ribu-Rp 12 ribu per kg. Biasanya, sayuran ini dijual seharga Rp 15 ribu per kg.

Meski demikian, dia menyebutkan, umumnya pedagang di Pasar Wage tidak memanfaatkan kondisi ini dengan menambah stok. ''Ya buat apa menambah stok, kalau penjualannya tidak naik,'' ujarnya.

Ia menyebutkan, meski restoran dan rumah makan di Kota Purwokerto sudah banyak yang buka, namun penjualan cabai dan berbagai jenis sayuran masih belum mengalami kenaikan. ''Mungkin karena masih sepi pembeli, sehingga kebutuhan bahan masakan mereka juga tidak banyak,'' katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement