Jumat 27 Aug 2021 07:10 WIB
Inspira

Sesuatu yang Berharga 

Ada orang yang memadai keuangan keluarganya, namun sikap kemandiriannya terjaga.

Red: Fernan Rahadi
Kekayaan (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Kekayaan (ilustrasi)

REJOGJA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan  Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)

 

Pembaca yang kreatif, influencer Rona Guines bertanya bagaimana menyikapi orang yang ditakdirkan berkecukupan dan dimudahkan setiap langkah yang dipilihnya karena berasal dari keluarga berada? 

Namun orang ini tidak nyaman di bawah bayang-bayang kesuksesan keluarganya. Suksesnya selalu dikaitkan dengan orang tuanya. Gagalnya dianggap kebangetan. 

Nah, kalau Anda yang dihadapkan pada kondisi ini apa yang Anda lakukan? Apa penyebab orang itu merasakan ketidaknyamanan? Saya mencoba memberikan gambaran dari dua sisi. 

Kondisi pertama, ada orang yang keluarganya berlebih dari sisi ekonomi. Anaknya menikmati berbagai fasilitas karena orang tuanya kaya. Apakah itu salah? Jelas tidak. 

Sesuatu yang wajar jika orang menikmati keberhasilan keluarga lalu memanfaatkan berbagai fasilitas yang tersedia. Bahkan menurut sebagian orang, ada yang sangat membanggakan itu semua. Kembali lagi saya bertanya, apakah itu salah?

Pembaca yang kreatif, kalau Anda perhatikan, sebagian orang akan melihat orang lain dari sumber daya dirinya. Apa yang dia pikirkan dengan standarnya maka hendaknya orang lain juga begitu. Bolehlah ini menjadi renungan, "Ingat, sumber daya kita kan berbeda". 

Jika Anda bepergian dari Jogja ke Jakarta, sebaiknya bawa ban serep (cadangan) atau tidak? Kebanyakan orang yang saya tanya mengatakan membawa. Lalu saya berkomentar: "Berarti, saya ke bandara bawa ban serep. Saya letakkan ban serepnya di kompartemen penyimpanan. Begitu landing saya lanjut membawa ban serep kemanapun aktivitas saya di Jakarta."

Sampai di sini biasanya hadirin tertawa kecil dan bereaksi dengan pandangan masing-masing. Tentu yang mereka maksudkan kondisi di awal tadi adalah menggunakan mobil atau bus. Namun berbeda dengan orang yang terbiasa menggunakan kereta api atau pesawat. Kembali lagi ini bergantung pada sumber daya diri kita. Pengalaman dalam hidup akan mendorong Anda melakukan sesuatu yang sudah terpola dalam pikiran Anda. 

Pembaca yang kreatif, kondisi kedua adalah orang yang memiliki fasilitas namun tidak menonjolkan apa yang dimilikinya dan cenderung lebih mandiri dengan usahanya. Sahabat saya Coach Shinta yang akrab dengan sapaan Bunda Cinta sempat bertanya-tanya mengapa anaknya Nayla Mutiara yang kuliah di Fakultas Kedokteran UI tidak meminta biaya registrasi atau SPP sebagai mahasiswa baru. 

Ternyata Nayla sudah membayar sendiri biaya itu dengan uang tabungannya. Semua itu adalah hadiah dan apresiasi yang diperoleh dari hobi menggambarnya sejak kecil hingga saat ini. 

Jadi ada orang-orang yang sangat memadai keuangan keluarganya, namun sikap mental kemandirian tetap terjaga. Tentunya sikap itu sudah tertanam sejak lama sehingga membuat mereka tidak bergantung dengan kemudahan yang ada. 

Orang-orang ini mendapatkan contoh terbaik dalam hidup mereka. Bisa dari keluarga atau orang-orang yang mereka jadikan role model. Tentunya Anda akan sangat bersyukur jika contoh keteladanan itu terbentuk dari rumah. 

Saya jadi teringat lirik lagu inspiratif dari soundtrack film Keluarga Cemara. "Harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah keluarga. Selamat pagi Emak. Selamat pagi Abah. Mentari hari ini berseri indah. Terima kasih Emak. Terima kasih Abah. Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti."

Sehat dan sukses selalu.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement