Senin 13 Sep 2021 17:50 WIB

Ekonom: Tingkat Kemiskinan DIY Kian Meningkat

Program bantuan langsung kepada masyarakat yang ada saat ini masih belum cukup.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Kemiskinan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kemiskinan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- DIY masih terus menjadi provinsi dengan angka kesenjangan tertinggi di Indonesia. Rasio gini DIY naik dari 0,428 pada periode September 2019, lalu 0,434 pada periode Maret 2020 sampai 0,441 pada periode Maret 2021.

Jika dilihat dari wilayah, rasio gini di perkotaan DIY mencapai 0,437, sedangkan di pedesaan 0,329. Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM), Akhmad Akbar Susamto mengingatkan, DIY sudah lama memiliki rasio gini terparah, bahkan sebelum pandemi.

"Selama pandemi tetap nomor satu dan semakin parah," kata Akbar kepada Republika, Senin (13/9).

Ia berpendapat, ada beberapa faktor yang membuat tingkat kesenjangan DIY semakin parah. Salah satunya banyak masyarakat yang selama pandemi berlangsung kehilangan pekerjaan, terutama yang bekerja di sektor informal dengan pekerjaan tidak tetap.

Selain itu, ia menekankan, banyak orang kaya yang selama pandemi Covid-19 berlangsung sebenarnya tidak terlalu terdampak. Sehingga, jarak antara orang kaya dengan orang miskin yang kehilangan pekerjaan atau kekurangan pendapatan di DIY semakin jauh.

Terkait target Pemda DIY untuk angka kemiskinan sampai tujuh persen dalam RPJMD, Akbar meyakini, tidak akan tercapai karena sekarang saja sudah pasti naik. Belum lagi, untuk menurunkan angka itu tentu saja membutuhkan waktu yang tidak sebentar.

Untuk mengurangi tingkat kesenjangan selama pandemi, Akbar menyarankan, DIY untuk jangka pendek harus terus memberi bantuan masyarakat secara langsung. Sekaligus, harus mulai menggerakkan ekonomi sambil senantiasa menjaga protokol kesehatan.

"Sebab, kalau prokes tidak dilakukan hati-hati kita akan susah lagi. Jadi, kalau mengatakan ekonomi harus bergerak bukan berarti mengabaikan protokol kesehatan Covid-19 karena selama virus itu masih ada kita akan begini terus," ujar Akbar yang juga Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Sleman itu.

Akbar menilai, program-program bantuan langsung kepada masyarakat yang ada saat ini masih belum cukup. Terlebih, jika dibandingkan apa yang hilang dari masyarakat seperti pendapatan maupun pekerjaan, sehingga idealnya bantuan ditambah kembali.

Selain itu, Akbar meyakini, tingkat kemiskinan DIY pada September 2021 akan lebih buruk dibandingkan Maret 2021 dan September 2019. Sebab, belakangan pembatasan-pembatasan yang terus dilakukan mengakibatkan pengangguran semakin meningkat.

"Hampir pasti Agustus tingkat pengangguran akan naik dan September tingkat kemiskinan saya yakin nilainya juga akan naik," kata Akbar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement