Selasa 21 Sep 2021 18:38 WIB

'Seni Rupa Perkotaan Respons Fenomena Urban'

Karya-karya tersebut terepresentasi dalam ruang virtual, realitas, dan ruang publik.

Pengendara ojek daring menunggu penumpang di depan mural yang berisi kritikan di Jakarta Barat, Ahad (19/9/2021). Presiden Joko Widodo meminta aparat kepolisian tidak berlebihan dalam menanggapi kritik masyarakat terhadap pemerintah yang disampaikan melalui mural.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Pengendara ojek daring menunggu penumpang di depan mural yang berisi kritikan di Jakarta Barat, Ahad (19/9/2021). Presiden Joko Widodo meminta aparat kepolisian tidak berlebihan dalam menanggapi kritik masyarakat terhadap pemerintah yang disampaikan melalui mural.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dekan Fakultas Seni Rupa (FSR) Institut Kesenian Jakarta (IKJ), Anindyo Widito, mengungkapkan karya seni rupa perkotaan merupakan respons terhadap kondisi dan situasi permasalahan kehidupan urban, terutama pada masa pandemi. Dampaknya terlihat dari banyaknya fenomena-fenomena baru yang bermunculan dan terbukanya ruang-ruang tanpa batas untuk dieksplorasi. 

"Kreativitas memiliki jalannya sendiri untuk bergerak. Perwujudan hasil kreativitas di pusaran urban, terutama dalam situasi sekarang ini melahirkan banyak karya-karya baru yang unik dan beragam," kata Anindyo dalam Seminar Nasional dengan tajuk "Seni Rupa di Pusaran Urban: Kajian Seni Rupa Urban dalam Perspektif Kreativitas, Wacana Kritis, Ilmu-ilmu Sosial, dan Humaniora" yang digelar secara daring, Selasa (21/9).

Karya-karya tersebut, kata Anindyo, yang terepresentasi dalam semua media, baik ruang virtual, realitas, maupun ruang publik, menjadikan identitas baru pada gaya, konsep, maupun tekniknya. "Perkembangan yang sangat dinamis pada seni perkotaan merupakan tantangan tersendiri untuk dikaji dan didiskusikan," katanya.

Ia berharap, seminar nasional ini dapat menjadi tolok ukur dari karakteristik seni urban itu sendiri, dan sebagai ilmu pengetahuan baru di bidang seni urban. "Semoga hasil diskusi para pakar pada acara ini akan dapat membuka wacana baru bagi para civitas academica, seniman, maupun masyarakat umum mengenai seni rupa urban," katanya.

Bagi IKJ sebagai Perguruan Tinggi Seni pertama yang lahir di kota Jakarta pada tahun 1970, fenomena urban bukan merupakan hal baru karena sudah terinternalisasi dalam gerak kehidupan kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan. "Pun demikian dengan karya-karya yang diciptakan para dosen, mahasiswa dan alumni, tak luput dengan spirit urban. Budaya urban tumbuh karena berkembangnya hasrat untuk merespon fenomena yang terjadi berkaitan dengan kompleksitas dalam masyarakat perkotaan," katanya menambahkan.

Seminar ini di antaranya menghadirkan para pembicara yang kompeten di bidangnya yakni Seno Gumira Ajidarma (Akademisi IKJ, Ketua Akademi Jakarta); Suwarno Wisetrotomo (Akademisi ISI Yogyakarta, Kurator GNI); Lenny Agustin, (Akademisi IKJ, Fashion Desainer dan Peneliti); Anwar Jimpe Rachman (Praktisi Seni, Kurator Tanahinide, Makasar); serta dimoderatori oleh Kurator Muda sekaligus Akademisi IKJ, Asep Topan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement