Ahad 03 Oct 2021 16:27 WIB

Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Merespons Dampak Pandemi

Kegiatan ini juga upaya merumuskan solusi dari persoalan bangsa secara bersama-sama.

Rep: my37/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais saat berbicara pada acara Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Mengetuk Pintu Langit di Sleman, DI Yogyakarta.
Foto: Yusuf Bastiar.
Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais saat berbicara pada acara Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Mengetuk Pintu Langit di Sleman, DI Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN-- Bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, Persatuan Mak-Mak Indonesia (PMMI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Mengetuk Pintu Langit dengan tajuk Menyatukan Hati, Membalut Luka Negeri. Kegiatan yang menghadirkan sejumlah tokoh nasional ini berlangsung secara luring terbatas dan daring.

Nur Aisyah Haifani selaku ketua panitia acara mengatakan latar belakang digelarnya Ekspresi Budaya ini lantaran PPMI-DIY merasa resah dan gelisah melihat kompleksitas kesulitan yang dihadapi masyarakat sebagai dampak pandemi. Baik di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.

Selain doa bersama, acara juga diisi dengan kegiatan sosial berupa penyaluran donasi bagi masyarakat yang terdampak pandemi covid. “Kami ingin merajut kembali semangat harmoni di antara sesama anak bangsa bersama dengan perwakilan dari berbagai lembaga,” ujar Nur Aisyah.

Nur Aisyah menegaskan bahwa Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Mengetuk Pintu Langit salah satunya ialah upaya menghimpun doa-doa wanita seluruh Indonesia dan mengetuk hati nurani rakyat untuk membantu kepedulian terhadap sesama rakyat. “Kita ingin membangkitkan kembali optimisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tegasnya.

Senada, penasihat panitia, Syukri Fadholi mengatakan, kegiatan Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Mengetuk Pintu Langit diselenggarakan atas dasar keprihatinan PMMI-DIY yang menilai kehidupan bangsa di tengah pandemi sedang tidak baik-baik saja. Sebab, kedaulatan bangsa malah digadaikan kepada pihak asing yang mengakibatkan kehidupan bangsa dalam cengkeraman oligarki.

“Para elit politik bangsa yang diamanati oleh rakyat untuk mengelola kehidupan bangsa ini lebih baik, justru sebagian mereka telah melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme,” ungkap Syukri Fadholi.

Sementara itu, Ketua Majelis Syuro Partai Ummat Amien Rais menilai saat ini kesenjangan ekonomi masyarakat miskin dan kaya semakin tajam. “Indonesia ini kesenjangan ekonominya tidak masuk akal,” ujar mantan ketua MPR-RI ini.

Amien Rais juga mengatakan tidak ada keadilan hukum yang diibaratkan dengan hukum tajam ke bawah, namun lembek, lunak, meleleh ke atas. Bagi Amien Rais yang kaya yang berkuasa seolah hidup di luar jangkauan hukum, tapi rakyat kecil bila melanggar hukum langsung diganjar dengan hukuman berat.

Lebih lanjut, mantan Panglima TNI, Jenderal TNI (Purn) Gatot Nurmantyo menyatakan pertemuan Ekspresi Budaya Sejuta Wanita Mengetuk Pintu Langit ini tidak hanya sekadar keluh kesah. Namun, juga ada satu upaya merumuskan solusi dari persoalan bangsa secara bersama-sama.

“Wanita yang didengar doanya, apabila wanita menyatukan hati membalut luka negeri, saya yakin insya Allah ini akan tercapai,” ujar Gatot Nurmantyo.

Pada kesempatan itu juga hadir secara daring mantan ketua umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, Wakil Ketua MPR-RI, Hidayat Nur Wahid, tokoh ‘Aisyiyah Siti Chamamah Soeratno, dan Ketua Dewan Syuro Takmir Masjid Jogokariyan, Ustaz Muhammad Jazir.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement