Rabu 27 Oct 2021 15:44 WIB

Kesadaran Warga Sleman untuk Jaga Jarak Masih Rendah

Kesadaran jaga jarak masih lebih rendah dari kepatuhan pakai masker dan cuci tangan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Ratna Puspita
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengungkapkan, dari sekitar 628 responden, kesadaran warga untuk menjaga jarak masih di bawah 90 persen. Ilustrasi
Foto: Republika/Thoudy Badai
Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengungkapkan, dari sekitar 628 responden, kesadaran warga untuk menjaga jarak masih di bawah 90 persen. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kesadaran warga Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih rendah. Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman mengungkapkan, dari sekitar 628 responden, kesadaran warga untuk menjaga jarak masih di bawah 90 persen.  

"Kesadaran warga jaga jarak 1,5 meter masih 84,1 persen, menjauhi kerumunan 89,5 persen dan mengurangi mobilitas 87,1 persen, masih harus promosi terus," kata Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman Cahya Purnama, Rabu (27/10).

Baca Juga

Ia mengatakan, angka itu masih rendah jika dibandingkan dua protokol kesehatan lain, yakni memakai masker dan mencuci tangan. Kepatuhan memakai masker sudah mencapai 95,7 persen, sedangkan kedisiplinan masyarakat mencuci tangan pakai sabun atau memakai hand sanitizer mendapai 93,3 persen.

Untuk itu, ia meminta Satgas Covid dari kabupaten sampai RT/RW tidak berhenti melakukan sosialisasi penerapan prokes secara ketat. Sebab, Cahya mengingatkan, prokes yang disiplin diterapkan yang mampu mencegah kemunculan gelombang tiga.

Pekan ini, kata Cahya, Dinkes Sleman akan melakukan kembali pemeriksaan atau testing bagi sekolah-sekolah yang diizinkan melakukan uji coba Pembelajaran Tatap Muka (PTM). Dinkes Sleman juga akan melakukan tes sampling di tempat potensi kerumunan seperti destinasi wisata dan pasar.

"Nanti akan terlihat, memang random sampling lebih sulit menghitung, tidak terlalu banyak tapi proporsional," ujar Cahya.

Kendati demikian, ia mengaku cukup lega melihat keterisian pasien covid di RS-RS. Sebab, pasien-pasien yang datang dengan penyakit paru-paru berat sudah mulai menurun, yang juga menjadi indikasi efek dari peningkatan cakupan vaksinasi.

Per 25 Oktober 2021, tempat isolasi terpusat yang ada di Sleman cuma terisi enam orang. Mulai dari empat orang di Asrama Haji, dua orang di Rusunawa Gemawang, Asrama Unisa sudah ditutup dan Shelter UII akan segera ditutup.

Cahya berharap, kekebalan yang ditimbulkan vaksinasi sudah mulai pula bekerja menghambat kemunculan covid yang berat. Apalagi, ia menekankan, Sleman banyak pekerja migran dari luar negeri, harus disaring di lingkungan masing-masing.

"Kalau tidak dikawal memang akan sulit menuju level satu PPKM," kata Cahya.

Terkait vaksinasi, Cahya mengungkapkan, dosis pertama di Sleman sudah mencapai 85,5 persen, dosis kedua 65,5 persen dan dosis ketiga untuk nakes 104,8 persen. Booster memang belum boleh untuk warga dan masih difokuskan ke nakes.

Namun, ia menambahkan, dalam waktu dekat mungkin akan muncul vaksin-vaksin yang digunakan untuk booster dengan kemungkinan harga vaksin saja sekitar USD 5-6. Termasuk, vaksin jenis Pfizer yang kemungkinan akan pula dijual untuk umum.

"Tapi harga itu masih vaksinnya saja, belum tenaga kesehatan dan lain-lain," ujar Cahya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement