Senin 01 Nov 2021 15:43 WIB

Masyarakat Diminta Waspadai Dampak La Nina

BMKG menyampaikan peringatan dini La Nina yang diprediksi terjadi di akhir 2021 ini.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Bilal Ramadhan
Petani memanen padi di lahannya yang terendam air hujan di kawasan rawan banjir di Ngawi, Jawa Timur, untuk mengantisipasi kerugian pada lahan pertanian terdampak banjir sebagai akibat dari fenomena alam La Nina yang menyebabkan peningkatan curah hujan di berbagai daerah.
Foto: ANTARA/Ari Bowo Sucipto
Petani memanen padi di lahannya yang terendam air hujan di kawasan rawan banjir di Ngawi, Jawa Timur, untuk mengantisipasi kerugian pada lahan pertanian terdampak banjir sebagai akibat dari fenomena alam La Nina yang menyebabkan peningkatan curah hujan di berbagai daerah.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh masyarakat termasuk Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/ Kelurahan memfokuskan gotong royong pada mitigasi bencana dan upaya pengentasan kemiskinan ekstrem.

Mitigasi bencana perlu dilakukan karena BMKG menyampaikan peringatan dini fenomena La Nina yang diprediksi terjadi di penghujung 2021. Fenomena La Nina tersebut, lanjut Khofifah, disebut akan memicu bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor, angin puting beliung, dan cuaca ekstrem.

Mitigasi bencana menurutnya bisa dilakukan dengan memperhatikan got atau sungai di sekitar untuk menghindari penyunbatan akibat sampah dan pendangkalan.

"Maka prioritaskan gotong-royong kita adalah untuk melakukan pembersihan sampah, melakukan normalisasi sungai sederhana, dan berbagai upaya yang bisa dilakukan di lingkungan kita masing-masing,” kata Khofifah, Senin (1/11).

Kesiapsiagaan ini, lanjutnya, penting dilakukan karena setiap terjadi bencana baik alam maupun non alam, akan berdampak pada kemiskinan. Khofifah juga minta masyarakat memfokuskan gotong royong pada pengentasan kemiskinan ekstrem yaitu kondisi dimana kesejahteraan masyarakat berada di bawah garis kemiskinan.

Tahun ini, kata Khofifah, ada lima daerah yang menjadi pilot project pengentasan kemiskinan ekstrem di Jatim, yakni Bangkalan, Sumenep, Probolinggo, Bojonegoro, dan Lamongan.

Dari masing-masing kabupaten nantinya program pengentasan kemiskinan ekstrem fokus pada lima kecamatan, dan masing-masing kecamatan fokus pada lima desa.

"Jadi kepada lima kabupaten di Jatim yang menjadi pilot project atau percontohan program nasional percepatan pengentasan kemiskinan ekstrem, mohon kita fokus pada gotong royong untuk bisa mengentaskan kemiskinan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement