Selasa 02 Nov 2021 19:36 WIB

Vaksinasi Covid-19 di Jawa Tengah Capai 60 Persen

Daerah Jateng yang masih rendah vaksinasinya karena warga masih sulit diajak vaksin.

Tenaga kesehatan melakukan penyuntikan vaksin di Dinas Kesehatan, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (29/10/2021). Menurut data Dinas Kesehatan Kota Tegal hingga per 17 Oktober 2021 capaian vaksinasi dosis pertama mencapai 98,60 persen dari sasaran 213.046 jiwa sedangkan untuk dosis kedua 60,90 persen.
Foto: Antara/Oky Lukmansyah
Tenaga kesehatan melakukan penyuntikan vaksin di Dinas Kesehatan, Tegal, Jawa Tengah, Jumat (29/10/2021). Menurut data Dinas Kesehatan Kota Tegal hingga per 17 Oktober 2021 capaian vaksinasi dosis pertama mencapai 98,60 persen dari sasaran 213.046 jiwa sedangkan untuk dosis kedua 60,90 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala Dinas Kesehatan Jawa Tengah Yulianto Prabowo menyebutkan pelaksanaan vaksinasi Covid-19 di provinsi setempat sudah mencapai 60 persen.

"Sudah 60 persen lebih. Ini sudah bagus sekali, bisa 60 persen lebih," kata Yulianto usai mengikuti Rapat Koordinasi Penanganan Covid-19.

Baca Juga

Menurut dia, capaian vaksinasi di Jateng tersebut menunjukkan hal yang bagus, meskipun masih ditemukan adanya kabupaten yang capaian vaksinasinya masih di bawah 40 persen dengan jumlah perbedaan yang masih tinggi.

"Disparitasnya di beberapa kabupaten yang masih agak ketinggalan ini perlu percepatan-percepatan," ujarnya.

 

Kabupaten yang capaian vaksinasinya masih di bawah 40-50 persen adalah Banjarnegara, Tegal, Purbalingga, Batang, Jepara, Wonosobo, Pemalang,Brebes, Grobogan, Pekalongan, Kabupaten Magelang, Kebumendan Kabupaten Pati.

Yulianto mengungkapkan, kendala di daerah yang vaksinasinya masih di bawah 50 persen, antara lain sasarannya masih sulit diajak untuk vaksinasi, terbatasnya jumlah tenaga juru vaksindan jumlah fasilitas kesehatan yang melayani vaksinasi.

Tidak hanya itu, lanjut dia, komitmen dari pemerintah daerah juga perlu didorong, bahkan tidak dapat dipungkiri masih ada tempat dengan kesadaran vaksinasi yang masih rendah karena terbatasnya akses, seperti halnya kalangan lanjut usia.

"Lansia ini memang agak lambat. Lalu juga difabilitas, ibu hamil, penderita komordibitas. Ini memang kecepatannya tidak seperti yang lain," katanya.

Dengan demikian, strategi jemput bola harus dilaksanakan secara simultan bersama, seperti halnya dari kabupaten/kota, termasuk yang di puskesmas, sampai tingkat kecamatan.

Ia menyebut basis pelayanan vaksinasi itu harus di komunitas yang lebih rendah, contohnya di tingkat RW, RT, desa, dan kelurahan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement