Ahad 07 Nov 2021 15:51 WIB

UMKM Potensial Kembangkan Ekonomi Kreatif

Germas UMKM mampu meningkatkan ketertarikan masyarakat membeli produk domestik.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Produk UMKM dipajang saat gelaran Saketi YK Ing Mall di Mal Malioboro, Yogyakarta, Rabu (13/10). Sekati YK Ing Mall ini digelar untuk menghidupkan perayaan sekaten. Namun, nuansa sekaten ini dibawa ke mal atau pusat perbelanjaan di masa pandemi Covid-19 ini. Sekati YK Ing Mall ini diadakan hingga Senin (18/10) di tiga tempat Mall Malioboro, Galeria Mall, dan Lippo Plaza Jogja.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Produk UMKM dipajang saat gelaran Saketi YK Ing Mall di Mal Malioboro, Yogyakarta, Rabu (13/10). Sekati YK Ing Mall ini digelar untuk menghidupkan perayaan sekaten. Namun, nuansa sekaten ini dibawa ke mal atau pusat perbelanjaan di masa pandemi Covid-19 ini. Sekati YK Ing Mall ini diadakan hingga Senin (18/10) di tiga tempat Mall Malioboro, Galeria Mall, dan Lippo Plaza Jogja.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Salah satu dampak Revolusi Industri 4.0 merupakan disrupsi digital. Ekonomi kreatif jadi penyumbang terbesar kontribusi ini. Kuliner, kriya, dan busana jadi andalan yang berkontribusi besar mengembangkan produk domestik.

Pertumbuhan kuliner tanpa gerai melalui e-commerce merupakan usaha yang menjamur saat ini. UMKM, dengan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (Germas), diharapkan jadi tulang punggung dan bertumbuh menjadi sektor pencipta lapangan kerja yang baik.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengatakan, dengan Germas UMKM mampu meningkatkan ketertarikan masyarakat untuk membeli produk domestik. Karenanya, Indonesia jadi penggagas strategi inovasi, adaptasi, dan kolaborasi.

"Dengan gerak cepat, gerak bersama dan garap semua potensi untuk online. Meski telah banyak UMKM yang bertumbuh dan berkembang, tapi masih banyak yang tidak mengerti pembukuan keuangan yang baik dan benar," kata Sandi di seminar nasional yang dilaksanakan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi UNY.

Sandi menilai, generasi muda bisa berperan terjun langsung membantu pelaku UMKM. Sandi berharap, pemerintah, akademisi, industri dan masyarakat mampu bekerja sama meningkatkan kehidupan ekonomi, khususnya pertumbuhan UMKM di Indonesia.

Guru Besar Fakultas Ekonomi UNY, Prof Nahiyah Jaidi menuturkan, jumlah wirausaha masih cukup rendah dibanding jumlah pengangguran terdidik yang ada. Pada Agustus 2020, tercatat 6,27 juta jiwa atau 64,24 persen dari total penganggur Indonesia.

Padahal, ia mengingatkan, wirausaha merupakan inovator yang selalu melakukan perubahan yang memiliki keberanian untuk mencoba dan mengambil risiko. Bukan mengubah total, tapi melakukan inovasi, modifikasi, dan mampu memengaruhi pasar.

Menurut Nahiyah, sulitnya mencetak wirausaha karena beberapa sebab. Antara lain minimnya individu yang memiliki keterampilan, kurikulum pendidikan hanya fokus kepada keterampilan teknis dan minat kewirausahaan di Indonesia masih rendah.

Apalagi, Nahiyah mengingatkan, banyak manfaat dari kehadiran seorang wirausaha. Salah satunya menciptakan lapangan baru untuk menyerap tenaga kerja, sehingga meningkatkan penerimaan pajak, mendorong inovasi dan kemandirian masyarakat.

Nahiyah menggaris bawahi, harus dipahami kalau pendidikan bisnis dan pendidikan kewirausahaan merupakan sesuatu yang sebenarnya berbeda. Sebab, pebisnis adalah seorang individu yang menjalankan bisnis dengan ide lama yang sama. "Sedangkan, wirausaha adalah seorang individu dengan ide eksklusif untuk memulai dan membangun usaha baru," ujar Nahiyah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement