Ahad 07 Nov 2021 16:27 WIB

Atap Ruang Kelas SD Terdampak Gempa Disangga Pilar Bambu

Tiga ruang kelas yang rusak dan dikosongkan, sebelumnya untuk belajar 90 murid.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Seorang guru SDN Kupang 01, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, menunjukkan bagian kerusakan atap yang harus disangga dengan pilar- pilar bamboo agar tidak membahayakan KBM di sekolah, Selasa (2/11). Tiga ruang kelas di sekolah ini terdampak gempa tektonik yang terjadi di Ambarawa dan sekitarnya.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Seorang guru SDN Kupang 01, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, menunjukkan bagian kerusakan atap yang harus disangga dengan pilar- pilar bamboo agar tidak membahayakan KBM di sekolah, Selasa (2/11). Tiga ruang kelas di sekolah ini terdampak gempa tektonik yang terjadi di Ambarawa dan sekitarnya.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Atap tiga ruang kelas SDN Kupang 01, Kecamatan Ambarawa, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, yang telah dikosongkan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) kini disangga dengan sejumlah pilar dari batang bambu. Sejak terdampak gempa bumi tektonik yang mengguncang wilayah Ambarawa dan sekitarnya dua pekan lalu, konstruksi tulangan atap fasilitas pendidikan tersebut retak kian membahayakan setelah terlihat melengkung.

Pemasangan batang-batang bambu untuk penyangga dilakukan sebagai bentuk antisipasi agar bangunan atap ruang kelas tersebut tidak ambrol dan membahayakan Kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di sekolah yang masih berjalan. Salah satu guru SDN Kupang 01, Agustin yang dikonfirmasi mengungkapkan, akibat dampak gempa tektonik di wilayah Ambarawa, ada tiga atap ruang kelas yang terdampak.

Masing-masing kelas III A, III B, dan kelas kelas IV A. Ketiga ruang kelas itu rata-rata mengalami kerusakan pada bagian atapnya, seperti balok beton (konstruksi tulang penyangga atap) mengalami retak, termasuk beberapa bagian dinding ruang kelas juga mengalami retak.

Belakangan, konstruksi balok pengangga atap juga terlihat melengkung dan semakin membahayakan. Karena untuk layanan pendidikan dan PTM di SDN Kupang 01 sementara ini masih berjalan dengan memanfaatkan ruangan yang tersisa.

Bahkan beberapa ruang kelas yang masih dioptimalkan untuk PTM di sekolah ada yang satu lokal bangunan dengan ruang kelas yang rusak. “Maka sebagai langkah antisipasi, saat ini telah disangga menggunakan batang-batang bambu,” jelasnya saat ditemui di SDN Kupang 01.

Agustin juga menjelaskan, tiga ruang kelas yang rusak dan dikosongkan, sebelumnya digunakan untuk belajar 90 murid. Karena saat ini ruangan kelas dikosongkan, maka ke-90 murid diatur penjadwalannya dengan sebagian masuk pagi dan sebagian masuk siang.

Semula, untuk murid- murid SMPN Kupang 01 yang ruang kelasnya rusak untuk sementara akan melaksanakan KBM di sekolah lain yang terdekat, dalam hal ini di SDN Kranggan, Ambarawa. Namun berdasarkan hasil rembug dengan orang tua murid, umumnya keberatan, karena jarak antara SDN Kupang 01 dengan SDN Kranggan masih sekitar satu kilometer dan dianggap terlalu jauh.

Sehingga proses PTM di sekolah tetap dilaksanakan di SDN Kupang 01 dengan mengoptimalkan ruang kelas yang masih ada dan dinilai masih aman dari dampak kerusakan. “Konsekuensinya, sebagian siswa masuk pagi dan sebagian lagi masuk siang,” jelasnya.

Perihal kondisi ruang kelas SDN Kupang 01 yang membahayakan dan harus dikosongkan bagi aktivitas KBM diamini  Sekretaris Komisi D DPRD Kabupaten Semarang, Drs Joko Sriyono. Menurutnya, Komisi D telah melakukan monitoring dan melihat langsung kerusakan bangunan fasilitas pendidikan tersebut, termasuk juga tiga ruang kelas yang rusak di SDN Lodoyong 03.

“Untuk ruang kelas di SDN Kupang 01 memang harus dikosongkan karena konstruksinya sudah membahayakan guru dan murid yang melaksanakan KBM di sekolah,” ungkapnya, saat dikonfirmasi terpisah.

Menurutnya, konstruksi penyangga atapnya sudah retak semua, termasuk dak di atasnya juga sudah mulai melengkung dan membahayakan. Sehingga sudah disangga dengan pilar bambu untuk menahan agar tidak ambrol.

Dikatakan, kerusakan ruang kelas SDN Kupang 01 akibat terdampak gempa menjadi problem baru, berupa keterbatasan ruang kelas untuk KBM di sekolah. Karena dua bangunan ruang kelas masih dalam proses rehab dan tiga ruang kels saat ini dalam kondisi rusak dan membahayakan.

Sehingga hanya tinggal tiga ruang kels saja yang bisa dipakai untuk KBM di sekolah. Terkait hal ini, Komisi D menyarankan agar dicarikan alternatif lokasi KBM sementara, bagi para murid yang ruang kelasnya saat ini rusak, dengan mencari sekolah lain yang terdekat.

Namun banyak orang tua murid yang kurang setuju dengan pertimbangan jarak dari rumah yang lebih jauh. “Maka KBM tetap dilaksanakan dengan mengoptimalkan ruang kelas yang tersisa,” tambahnya.

Selain SDN Kupang 01, kondisi ruang kelas yang rusak akibat terdampak gempa bumi juga dialami para murid di SDM Lodoyong 03 Ambarawa. seperti halnya di SDN Kupang 01, tiga ruangan kelas di SDN Lodoyong 03 juga dikosongkan.

Kebetulan bangunan SDN Lodoyong 03 merupakan bangunan yang sudah tua dan belum pernah dilakukan rehab. “Getaran gempa bumi telah mengakibatkan bagian lantai ruang kelas retak dan terlepas dari pondasinya," jelas Joko Sriyono.

Terkait dengan bangunan SDN Lodoyong 03, lanjut legislator PAN Kabupaten Semarang ini, sebenarnya bakal dilakukan rehab pada 2022 nanti. Namun terlebih dahulu rusak terdampak gempa bumi.

Hasil monitoring di lapangan ini sudah dilaporkannya kepada ketua DPRD Kabupaten Semarang dan harapannya bisa diteruskan ke Badan Anggaran untuk segera dibahas direalisasi rehab bangunannya.

Karena kalau menunggu penganggaran 2022 dimungkinkan terlalu lama. “Tetapi kalau menggunakan dana tak terduga (TT), Bupati Semarang bisa mengeluarkan SK darurat bencana dan bangunan sekolah tersebut bisa segera direhab,”  kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement