Ahad 14 Nov 2021 17:45 WIB

Pakar Fisioterapi UMM Jelaskan Fenomena Popping Sendi

Beberapa orang melakukan perenggangan dengan membunyikan sendi-sendi di jari tangan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Jari tangan
Foto: Dailymail
Jari tangan

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ketika mengalami kelelahan, beberapa orang melakukan perenggangan dengan membunyikan sendi-sendi di jari tangan ataupun leher. Pada istilah medis proses peregangan yang menghasilkan bunyi itu disebut dengan istilah kavitasi. Sementara bunyi ‘krek’ yang dihasilkan saat perenggangan biasa disebut dengan popping.

Dosen fisioterapi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Zidni Imanurrohmah Lubis menjelaskan, bunyi yang dihasilkan saat proses peregangan merupakan hasil dari kompresi di dalam sendi. Kompresi tersebut menyebabkan pelepasan atau letupan gelembung nitrogen di cairan antarsendi. "Cairan antarsendi berfungsi sebagai pelumas," ujar Zidni.

Menurut Zidni, antarsendi biasanya memiliki kadar nitrogen yang berbeda sehingga ada saatnya proses kavitasi tidak menghasilkan bunyi popping. Sebagian orang biasanya melakukan kavitasi karena merasa senang atau lega dengan bunyi popping yang dihasilkan. Apalagi saat berada di posisi yang sama dalam waktu yang lama sehingga mavitasi seringkali jadi pilihan masyarakat.

Saat ini, kata Zidni, belum ada bukti ilmiah bahwa proses kavitasi berkorelasi negatif maupun positif terhadap tubuh. "Asal tidak melakukan peregangan secara berlebihan, kavitasi ini tergolong aman untuk dilakukan," jelasnya.

Menurut Zidni, proses kavitasi umumnya tidak menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Apabila pada proses tersebut diikuti dengan rasa nyeri ataupun sakit di persendian, dia menyarankan untuk segera periksa ke rumah sakit (RS) maupun fisioterapis.

Meskipun cukup aman dilakukan, ada beberapa kasus di mana kavitasi bukan menjadi solusi utama. Kasus-kasus tersebut yaitu saat berada dalam kondisi kelelahan. Kondisi ini biasanya otot terasa kaku maupun gerak sendi yang terbatas. "Adapula kondisi ketika otot-otot masih terasa nyeri," jelas dosen asli Malang tersebut.

Dibanding melakukan kavitasi, lebih baik melakukan stretching. Penguluran otot tersebut dapat dilakukan dengan menahan posisi stretching selama 20 hingga 30 detik agar pengulurannya optimal. Cara ini bisa memberikan rasa lega seperti yang dirasakan saat melakukan kavitasi.

Masyarakat bisa pergi ke fisioterapi ketika ingin melakukan kavitasi secara profesional. “Meskipun proses kavitasi dan suara 'popping' bukan tujuan utama penanganan, fisioterapis memiliki kompetensi dalam mobilisasi sendi manual. Oleh sebab itu, akan lebih aman karena dilakukan bersama orang yang tahu dan paham terkait hal itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement