Senin 15 Nov 2021 14:21 WIB

Polda Jateng Periksa Enam Saksi Insiden Kilang Pertamina

Lima saksi pihak eksternal, termasuk BMKG membenarkan ada petir pada Sabtu malam.

Rep: Antara/Ali Mansur/ Red: Erik Purnama Putra
Kobaran api terlihat di Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Ahad (14/11/2021) dini hari WIB.
Foto: ANTARA/Idhad Zakaria/foc.
Kobaran api terlihat di Kilang Pertamina Internasional (KPI) RU IV Cilacap, Jawa Tengah, Ahad (14/11/2021) dini hari WIB.

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Polda Jawa Tengah (Jateng) telah memeriksa enam orang saksi terkait dengan kebakaran Tangki 36 T-102 di area PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Cilacap. "Dari enam saksi tersebut, lima orang di antaranya adalah pihak eksternal," kata Kapolda Jateng Irjen Ahmad Lutfhi saat konferensi pers di Gedung Patra Graha, Kabupaten Cilacap, Senin (15/11).

Menurut dia, kelima saksi dari pihak eksternal tersebut membenarkan bahwa pada Sabtu (13/11) malam WIB, saat kebakaran itu terjadi, di sekitar lokasi kejadian sedang turun hujan disertai petir. Luthfi mengatakan, pendapat itu diperkuat dengan keterangan saksi dari BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap.

Baca Juga

Petugas BMKG menyatakan, pada hari H terdapat dua titik petir dengan jarak 45 kilometer (km) dan 12 km. "Ini nanti akan diperkuat keterangan dari ahli tentang bagaimana kondisi petir itu bisa menimbulkan induksi yang mengakibatkan kilatan cahaya," kata Luthfi.

Selain saksi, kata dia, penyidik juga telah memeriksa rekaman video dari tujuh kamera pemantau (CCTV), dua di antaranya menunjukkan pada Sabtu pukul 19.10 WIB, terlihat adanya kilatan cahaya petir yang disusul dengan kejadian kebakaran.

 

Berdasarkan keterangan para saksi dari BMKG maupun internal Pertamina, pihaknya menduga kebakaran di Tangki 36 T-102 karena adanya induksi akibat sambaran petir. "Tidak ada kelalaian maupun sabotase dalam peristiwa ini," kata Luthfi.

Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap, Taruna Mona Rachman mengatakan, dari alat deteksi petir di BMKG Stasiun Geofisika Banjarnegara diperoleh analisis pada Sabtu sekitar pukul 18.00 WIB hingga 19.30 WIB, terdapat dua sambaran petir. Menurut dia, sambaran petir pertama terjadi pada pukul 18.47 WIB, sedangkan yang kedua pada pukul 19.23 WIB.

"Sambaran petir yang terdekat dengan area kilang terjadi pada pukul 18.47 WIB detik ke-27," kata Taruna menjelaskan.

Area Manager Communication, Relations, and CSR PT Kilang Pertamina Internasional Unit Cilacap, Cecep Supriyatna menerangkan, Pertamina secara terbuka mendukung dan menghormati proses penyelidikan dan penyidikan yang dilakukan oleh aparat berwajib.

"Kami tentu siap membantu aparat yang berwajib dalam proses ini hingga tuntas dengan memberikan keterangan maupun data yang diperlukan. Untuk memastikan penyebab insiden, kami akan menunggu hasil investigasi," katanya.

Kebakaran di Tangki 36 T-102 yang terjadi pada Sabtu sekitar pukul 19.10 WIB, sempat berhasil dipadamkan pada pukul 23.05 WIB dengan mengerahkan high capacity foam monitor. Sedangkan terhadap tangki di sekitarnya juga dilakukan pendinginan dengan water sprinkle untuk mencegah merambatnya kebakaran.

Tetapi, foam yang mengisolasi Tangki 36 T-102 tersebut terbuka, sehingga kembali terjadi kebakaran. Setelah dilakukan upaya optimal, kebakaran di tangki yang berisi komponen Pertalite itu berhasil dipadamkan pada Ahad (14/11) sekitar pukul 07.45 WIB, dan dinyatakan aman pada pukul 09.15 WIB.

Kebakaran ketiga

Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menyesalkan terjadinya insiden kebakaran kilang Pertamina Cilacap, Sabtu (13/11). Apalagi kebakaran kilang di Cilacap adalah insiden pada 2021, dan kebakaran yang kedua di tempat yang sama.

Dengan kejadian itu, Mulyanto menilai rencana kerja yang dilaporkan Direktur Utama Pertamina tersebut tidak dijalankan dengan baik, sehingga tidak mampu mencegah kasus kebakaran kilang. "Terkesan Pertamina menyepelekan perawatan kilang ini," ujarnya di Jakarta, Ahad.

Kemudian, dengan kasus kebakaran kilang BBM yang hampir tiga bulan sekali ini, Mulyanto khawatir terhadap kondisi kilang Pertamina yang jumlahnya bisa lebih dari seribuan di seluruh Indonesia. Karena itu, perlu dilakukan audit secara menyeluruh terhadap kilang-kilang yang ada, agar dapat dipetakan kondisi setiap kilang.

"Dengan begitu dapat diketahui mana kilang yang masih hijau, kuning, maupun merah serta langkah-langkah mitigasinya. Serta terpantau secara real time," kata politikus PKS tersebut.

Padahal sebelumnya, kata Mulyanto, dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, sekitar sebulan lalu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati memaparkan hasil analisis penyebab kebocoran dan kebakaran tangki BBM di kilang Cilacap dan rencana tindak lanjut ke depan.

Nicke menyampaikan hasil analisis BPPT, ITB, Kementerian ESDM dan Det Norske Veritas (DNV), perihal penyebab insiden kebakaran kilang Minyak Cilacap lima bulan lalu. Diketahui, penyebab utama kebocoran dan kebakaran pada kilang Cilacap Juni 2021 adalah korosi dan petir traveling.

Bahkan, menurut Mulyanto, Pertamina mengaku sudah menyiapkan langkah untuk pencegahan terjadinya korosi dan sambaran petir yang dapat menimbulkan kebocoran dan kebakaran kilang. "Bahkan saat itu Pertamina berjanji untuk melaksanakan pencegahan melampau standar yang ada (beyond standard)," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement