Rabu 08 Dec 2021 10:27 WIB

Digitalisasi di Koperasi Gula Kristal di Banyumas Dipantau

KSU Nira Satria membeli gula dari anggotanya saat ini Rp 17 ribu-20 ribu perkilogram.

Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Fernan Rahadi
Gula putih kristal saat operasi pasar murah (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Gula putih kristal saat operasi pasar murah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, melakukan pemantauan terhadap digitalisasi di Koperasi Serba Usaha (KSU) Nira Satria di Desa Pernasidi Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas. KSU Nira Satria menjadi percontohan IKM di Indonesia yang sudah memasuki industri 4.0.

Menurut Agus, Industri Kecil Menengah (IKM) di Indonesia sudah mulai mengimplementasikan Industri 4.0, atau berbasis digital, sehingga tercipta efisiensi dan mendapatkan jalan keluar dari sejumlah masalah yang dihadapi seperti KSU Nira Satria.

"Pertama Indonesia sudah siap terhadap digitalisasi, kedua ini merupakan contoh betul industri menengah bisa menerapkan teknologi 4.0," ungkap Agus saat berkunjung ke KSU, Selasa (7/12).

KSU Nira Satria membeli gula kelapa kristal organik dari anggotanya saat ini Rp 17 ribu - Rp 20  ribu per kilogram. Selain itu para anggota mendapatkan asuransi BPJS Ketenagakerjaan.

Koperasi ini sejak Maret 2020, mendapatkan bantuan peralatan digitalisasi proses produksi dari Kementerian Perindustrian RI. Industri kecil berupa pengolahan gula kelapa kristal di Banyumas ini, hampir dua tahun terakhir menerapkan sistem Revolusi Industri 4.0 dengan digitalisasi dalam melakukan proses produksi. Manfaat digitalisasi sangat dirasakan oleh pengelola KSU Nira Satria.

Ketua KSU Nira Satria, Nartam Andre Nusa mengatakan anggota KSU Nira Satria berjumlah 892 orang, dari berbagai desa di Banyumas. Dengan produksi gula kelapa kristal organik rata-rata perbulan saat ini mencapai 70- 80 ton, dengan pemasaran utama ke sejumlah negara Eropa, Amerika Utara, Australia, Afrika Selatan dan Asia Timur.

"Sejak menerapkan digitalisasi, dari bantuan dari Kementerian Perindustrian RI, kami mampu meningkatkan efesiensi untuk produksi seperti bahan bakar hingga 30 persen, kecepatan dan ketepatan kualitas produk, dan pemantuan produksi secara digital yang dapat dilakukan dimanapun," kata Nartam.

Ia menambahkan produk dari petani, pengepul dan koperasi, bisa dites dari mana produk itu. Dengan digitalisasi, asal produk tersebut bisa diketahui dengan cara barcoding masing-masing produk petani. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement