Senin 13 Dec 2021 17:28 WIB

Harga Sejumlah Bahan Pokok di Kota Malang Naik Jelang Nataru

Harga minyak goreng juga masih tinggi walaupun ada sedikit penurunan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meninjau pasokan beras dan BBM di Kota Malang, Senin (13/12).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Pemerintah Kota (Pemkot) Malang meninjau pasokan beras dan BBM di Kota Malang, Senin (13/12).

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Wali Kota Malang, Sutiaji, menemukan beberapa harga komoditas bahan pokok naik saat meninjau pasar di Kota Malang, Jawa Timur. Kegiatan peninjauan ini termasuk salah satu antisipasi ketersediaan bahan pokok selama libur Natal dan Tahun Baru 2022 (Nataru).

Sutiaji mengaku telah mengelilingi beberapa tempat untuk meninjau harga bahan pokok. "Ada pasar karena pasar ini yang menjadi distributor langsung kepada konsumen. Pasarnya saya ambil di Pasar Klojen," kata Sutiaji kepada wartawan di Kota Malang, Senin (13/12).

Berdasarkan hasil peninjauan, Sutiaji tak menampik, harga komoditas mengalami kenaikan variatif. Tepung terigu mengalami sedikit kenaikan sedangkan gula pasir relatif stabil. Kemudian harga cabai rawit naik cukup siginifikan, cabai besar naik sedikit, dan kentang juga mengalami kenaikan.

Ia memastikan, kenaikan sejumlah harga bahan pangan masih terkendali dengan baik. Dengan kata lain, kenaikan harga ini bukan semata-mata menyongsong libur Nataru 2022. Menurut dia, kondisi ini justru menandakan pertumbuhan ekonomi sudah mulai berjalan baik.

Hal yang pasti, kata Sutaiji, kenaikan harga cabai dilatarbelakangi karena kondisi alam. Sutiaji berharap harga komoditas ini bisa kembali normal seperti biasa. "Kalau cabai inginnya normal, sebelumnya kan naiknya luar biasa. Satu kilogram normalnya Rp 25 ribu, sekarang Rp 80 ribu hingga 90 ribu," jelasnya.

Selain komoditas-komoditas tersebut, harga minyak goreng juga masih tinggi walaupun ada sedikit penurunan. Sutiaji mengaku sudah menyampaikan protes mengenai kebijakan pasokan minyak goreng ke pemerintah pusat.

Ia sudah meminta agar pemerintah pusat bisa menekan ekspor minyak goreng. "Dan kalau kami di daerah sifatnya menunggu, kami hanya informasikan ke pusat (stok dan harga minyak)," kata Sutiaji saat ditanyai mengenai upaya menekan harga minyak goreng.

Menurutnya, harga tinggi minyak sawit di pasar internasional menyebabkan komoditas ini lebih banyak diekspor. Situasi itu menimbulkan kelangkaan minyak di pasar lokal sehingga harga ikut melonjak.

Untuk diketahui harga standar minyak goreng biasanya sekitar Rp 14 ribu hingga Rp 15 ribu per kilogram. Sementara itu, saat ini harga komoditas tersebut masih berkisar Rp 19 ribu sampai Rp 20 ribu per kg di Kota Malang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement