Rabu 15 Dec 2021 21:33 WIB

Mengabadikan Musik Tradisi Nusantara untuk Generasi Bangsa

Mendokumentasikan musik tradisi nusantara menjadi nilai penting untuk generasi muda.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Museum Musik Indonesia (MMI) merilis Dokumentasi 100 Album Musik Tradisi Nusantara di Kota Malang, Rabu (15/12).
Foto: Republika/Wilda Fizriyani
Museum Musik Indonesia (MMI) merilis Dokumentasi 100 Album Musik Tradisi Nusantara di Kota Malang, Rabu (15/12).

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh: Wilda Fizriyani/Jurnalis Republika

Baca Juga

Alunan bunyi gamelan disertai syair berbahasa daerah terdengar dari sebuah piringan hitam di Museum Musik Indonesia (MMI). Pemutaran musik ini sengaja dilakukan guna mengenalkan salah satu contoh musik tradisi Nusantara.

Popularitas musik tradisi Nusantara memang kalah jauh dengan musik dangdut maupun pop. Meskipun demikian, hal ini bukan berarti generasi muda harus melupakan keberadaan musik-musik tradisi Nusantara begitu saja. Musik tradisi Nusantara bagaimana pun juga bagian dari budaya Indonesia yang harus diabadikan.

Ketua MMI, Hengki Herwanto mengatakan, upaya untuk mengenalkan musik tradisi Nusantara sebenarnya sudah banyak dilakukan. Hengki pernah melihat salah satu unggahan video di YouTube yang mendapatkan respons luar biasa dari masyarakat. "Jadi memang usaha untuk itu sudah ada, cuma hasilnya belum begitu meluas," kata Hengki kepada wartawan di MMI, Rabu (15/12).

Menurut Hengki, salah satu cara untuk bisa melestarikan musik tradisi Nusantara adalah dengan memasukkannya ke dalam kegiatan sekolah. Langkah ini hanya bisa dilakukan melalui kebijakan pemerintah. Sementara itu, MMI yang merupakan pihak swasta tidak memiliki peranan untuk hal tersebut.

Mendokumentasikan Musik Tradisi Nusantara

MMI baru saja meluncurkan program pendokumentasian musik tradisi Nusantara dalam wujud buku yang juga ditayangkan di situs MMI. Program ini merupakan hasil bantuan yang diberikan oleh UNESCO wilayah Asia Pasifik. Selain MMI, ada dua instansi Indonesia lainnya yang juga mendapatkan bantuan tersebut dari UNESCO.

Pada program dokumentasi ini, MMI merangkum 100 album musik tradisi Nusantara dari Aceh sampai Papua. Semua rangkuman ini berasal dari koleksi MMI yang sebagian besar merupakan donasi dari masyarakat. "Ada yang dari orang Jawa, Belanda, luar Jawa seperti Pontianak," ucap Hengki.

Hengki tak menampik, hasil dokumentasi MMI masih belum sempurnanya. Pasalnya, belum semua provinsi masuk ke dalam daftar 100 musik tradisi Nusantara. Daerah-daerah yang dimaksud di antaranya seperti Kalimantan Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara dan Gorontalo.

Salah satu penyebab MMI tidak menyertakan musik tradisi Nusantara dari daerah tersebut, yakni ketidaktersediaan bentuk fisik musik dari wilayah-wilayah yang dimaksud. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam proses pendokumentasian. 

Secara keseluruhan, proses pendokumentasian berjalan dengan baik dan lancar. Namun Hengki masih menemukan album-album yang tidak diketahui tahun produksinya. Bahkan, tidak ada keterangan nama pencipta lagu dan asal penyanyi sehingga harus mencari di referensi lain. 

Kekurangan pada aspek-aspek tersebut menyebabkan proses pencatatan untuk kesejarahannya berkurang. Seperti diketahui, suatu hal bisa dimasukkan sebagai nilai sejarah apabila keterangan-keterangan tersebut diketahui dengan baik. Oleh karena itu, Hengki khawatir pengetahuan musik-musik tersebut akan hilang termakan zaman apabila tidak didokumentasikan dengan baik.

Manager Program, Ali Yusuf menerangkan, ada sejumlah tahapan yang dilakukan MMI untuk menghasilkan dokumentasi 100 album musik tradisi Nusantara. Pertama, MMI melakukan seleksi dan kurasi dari seluruh koleksi yang tersedia. Kemudian terpilih 100 koleksi yang dilanjutkan dengan pengklasifikasian berdasarkan asal provinsi. 

Adapun kriteria pengkurasian yang dilakukan MMI antara lain album harus dirilis oleh musisi secara grup, bukan kompilasi. Kemudian berbahasa daerah dan minimal terdapat data judul album, nama musisi dan judul lagu. Lalu harus ada instrumen musik daerah dan dirilis sebelum era 2000an.

"Sebenarnya ada beberapa yang dirilis di atas tahun 2000, tapi sebagian besar di bawah itu," kata Ari.

Di samping itu, album harus memiliki sampul baik depan maupun belakang. Jika terpaksa memilih album berbentuk kompilasi, MMI memastikan, karya tersebut berasal dari provinsi dengan album langka. Kemudian lagu-lagu yang disajikan harus memiliki nilai dari segi sejarah, budaya dan edukasi. 

Melalui dokumentasi musik tradisi Nusantara yang berjumlah 350 halaman ini, Ari berharap, masyarakat bisa mengetahui informasi tersebut. Apalagi informasi tersebut juga dipublikasikan di internet sehingga mudah diakses oleh masyarakat umum. Hal yang pasti, kata Ari, program ini merupakan salah satu cara untuk melestarikan budaya Indonesia. 

Nilai Penting untuk Generasi Muda

Melalui pengenalan musik-musik tradisi Nusantara, Hengki berharap, pendengar bisa mendapatkan nilai penting yang ingin disampaikan musisi. Sebab, dia meyakini, setiap karya seni musik pasti ada nilai yang ingin disampaikan oleh senimannya kepada masyarakat. Salah satunya, album "Malin Kundang" yang memiliki nilai agar generasi muda bisa menghormati kedua orang tuanya.

"Kemudian ada juga musik tradisi yang dimainkan oleh warga negara Belanda. Melalui musik, itu ternyata bisa menjalin persahabatan antarnegara," kata dia menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement