Jumat 17 Dec 2021 13:36 WIB

13 Kali Gempa Guguran, Status Gunung Semeru Meningkat Jadi Siaga

Gunung Semeru juga tercatat mengalami dua kali kali gempa embusan.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Muhammad Fakhruddin
Foto udara kondisi rumah warga yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (13/12/2021). Kampung yang terdampak erupsi Gunung Semeru itu saat ini terpantau sepi ditinggal warganya mengungsi.
Foto: Antara/Budi Candra Setya
Foto udara kondisi rumah warga yang terdampak awan panas guguran Gunung Semeru di Curah Koboan, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Senin (13/12/2021). Kampung yang terdampak erupsi Gunung Semeru itu saat ini terpantau sepi ditinggal warganya mengungsi.

REPUBLIKA.CO.ID,LUMAJANG -- Status Gunung Semeru meningkat dari waspada menjadi siaga per Jumat (17/12). Informasi ini dipertegas melalui laporan yang tertera pada situs //magma.vsi.esdm.go.id// dari pukul 00.00 hingga 06.00 WIB, Jumat (17/12).

Pembuat laporan, Yadi Yuliandi mengatakan, gunung yang memiliki ketinggian 3676 mdpl ini terlihat jelas berdasarkan periode pengamatan tersebut. Sementara itu, Gunung Semeru dilaporkan mengalami 13 kali gempa guguran dengan  amplitudo 1-15 mm. "Dan lama gempa 22 hingga 140 detik," kata Yadi.

Baca Juga

Di samping itu, Gunung Semeru juga tercatat mengalami dua kali kali gempa embusan dengan amplitudo 4 hingga 9 mm. Gempa ini berlangsung sekitar 60 hingga 63 detik. Selanjutnya, juga dilaporkan mengalami satu kali gempa tektonik jauh dengan amplitudo 18 mm, S-P 52 detik dan lama gempa 135 detik.

Dengan adanya peningkatan status Gunung Semeru, Yadi meminta masyarakat/pengunjung/wisatawan tidak beraktivitas dalam radius satu kilometer (km) dari kawah/puncak Gunung Semeru. Kemudian juga tidak berada dalam jarak 5 km arah bukaan kawah di sektor tenggara - selatan.

 

Selain itu, Yadi juga meminta masyarakat mewaspadai awan panas guguran, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Semeru. Menurut Yadi, radius dan jarak rekomendasi ini akan dievaluasi terus untuk antisipasi jika terjadi gejala perubahan ancaman bahaya.

Selanjutnya, masyarakat diminta menjauhi atau tidak beraktivitas di area terdampak material awan panas. Hal ini karena suhu material tersebut masih tinggi hingga sekarang. Lalu juga diharapkan mewaspadai potensi luncuran di sepanjang lembah jalur awan panas Besuk Kobokan.

"Terakhir, meminta masyarakat mewaspadai ancaman lahar di alur sungai/lembah yang berhulu di Gunung Semeru (mengingat banyaknya material vulkanik yang sudah terbentuk)," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement