Selasa 21 Dec 2021 17:46 WIB

Temuan Kasus Omicron Alarm Kesiapsiagaan

Selain vaksin, masker jadi kunci kedua terpenting.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL -- Pandemi Covid-19 di Indonesia nyatanya belum usai. Hal ini ditunjukkan dengan masuknya kasus varian baru yakni SARS-CoV-2 B.1.1.529 atau dikenal dengan Omicron. Sebelumnya, varian ini dilaporkan kepada WHO dari Afrika Selatan.

Beberapa pekan terakhir, Kemenkes mengumumkan tiga kasus Omicron terkonfirmasi masuk ke Indonesia. Terdeteksinya kasus pertama, kedua dan ketiga penularan Omicron kembali jadi alarm kesiapsiagaan semua komponen, termasuk civitas UMY.

Dirut RS Asri Medical Centre (RS AMC), dr Agus Widiyatmoko mengatakan, Omicron merupakan virus RNA atau Ribonucleic Acid. Virus miliki ciri khas rantai tunggal dengan jumlah mutasi yang tinggi untuk tetap bertahan hidup dalam tubuh manusia. "Dia selalu berusaha membuat perubahan agar dapat bertahan hidup, salah satunya dengan melakukan mutasi. Kemampuan mutasi luar biasa," kata Agus, Senin (20/12).

Perihal mutasi yang paling sering terjadi dalam virus melalui modifikasi kulit luar alias mahkota karena bisa menempel ke reseptor dalam tubuh dan menginfeksi. Di sinilah, tentara tubuh bekerja apakah mengelabui virus ataupun sebaliknya.

Ia menilai, tentara tubuh dibagi jadi dua yakni secara alami atau naif dan yang terlatih. Tentara tubuh yang terlatih ada di orang-orang yang sudah divaksin dan tentara tubuh dapat menangkap virus yang menempel dan tidak ada infeksi berat.

Sebaliknya, dengan tentara tubuh yang belum terlatih resikonya menjadi meningkat bagi orang yang tidak divaksin yaitu mendapatkan gejala lebih berat. Karenanya, vaksinasi jadi kunci utama seperti yang diberlakukan Eropa dan Amerika saat ini. "Kalau sudah divaksin lebih safety. Vaksinasi apapun yang kita terima membuat tentara tubuh kita terlatih mencegah virus dalam tubuh," ujar Agus.

Selain vaksin, masker jadi kunci kedua terpenting. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan jika masker jadi salah satu faktor menurunkan angka kematian. Meski data kasus Omicron masih kecil, dipastikan menyebar karena mobilitas manusia.

Seiring meluasnya pergerakan orang, maka penyebaran infeksi pasti akan terjadi. Ditambah lagi dengan gejalanya lebih ringan dan lebih mudah menempel. Meski begitu, ia menekankan UMY berusaha tetap berkegiatan dengan aman sesuai aturan.

Terkait wacana kuliah 100 persen luring, UMY akan terus menyesuaikan dengan kondisi dan bertahap. Sebab, 100 persen kuliah luring bisa dicapai jika semua orang patuh. Kalau kepatuhan menurun, akan dievaluasi dan ingatkan kembali.

Agus menambahkan, UMY lewat ICS tetap akan konsisten memberi edukasi. Baik yang ditujukan kepada civitas UMY atau masyarakat umum untuk menjaga prokes di tengah wabah Omicron yang sudah masuk di Indonesia agar tidak menciptakan mutasi baru.

Maka  dari itu, ia menegaskan, kerja sama segenap civitas akademika baik itu tenaga pendidik, dosen maupun mahasiswa sangat diperlukan. Hal itu guna menghindari tiga resiko yaitu menularkan, tertular dan menyebabkan terjadinya mutasi baru.

"Jangan lengah dan lelah menerapkan protokol kesehatan di manapun dan kapanpun karena kita masih berhadapan dengan penyebaran dan harus memutus rantai itu," kata Agus. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement