Selasa 21 Dec 2021 22:30 WIB

Deru UGM Petakan Wilayah Terdampak Erupsi Semeru

Tim juga melakukan pemetaan kondisi terbaru akibat banjir lahar susulan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Relawan melintas saat Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran melalui bukaan aliran lava baru di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/12/2021). Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Lapan - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat Gunung Semeru mengalami perubahan bentuk di wilayah kawah hingga lereng bagian tenggara akibat aktivitas vulkanik berupa luncuran awan panas guguran.
Foto: Antara/Ari Bowo Sucipto
Relawan melintas saat Gunung Semeru mengeluarkan awan panas guguran melalui bukaan aliran lava baru di Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (21/12/2021). Pusat Riset Aplikasi Penginderaan Jauh Lapan - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mencatat Gunung Semeru mengalami perubahan bentuk di wilayah kawah hingga lereng bagian tenggara akibat aktivitas vulkanik berupa luncuran awan panas guguran.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tim Disaster Response Unit (Deru) UGM sudah diterjunkan ke Lumajang pasca bencana erupsi Semeru beberapa waktu lalu. Mereka membantu penanganan kesehatan, pendampingan psikologi, serta melakukan pemetaan wilayah terdampak.

Anggota Tim Deru, Ardian Andi mengatakan, mereka melakukan peninjauan lokasi pengungsi, fasilitas kesehatan, dan pemetaan melalui udara wilayah terdampak. Selain itu, meninjau lokasi yang dipilih untuk kegiatan KKN peduli bencana.

"Kita melaksanakan asesmen untuk program kegiatan KKN di dua desa, yakni Desa Pasirian dan Desa Condro," kata Ardian, Selasa (21/12).

Dari 11 anggota tim yang diterjunkan, terdiri dari tim kesehatan, psikologi, dan geografi. Tim kesehatan memetakan berbagai penyakit yang paling banyak diderita oleh pengungsi yakni penyakit infeksi saluran pernafasan, diare, dan myalgia.

Seperti diketahui, pengungsi di Desa Pasirian sementara ini ditempatkan di balai desa, gedung sekolah PAUD, dan di SMP. Meski begitu, pengungsi sering pulang ke rumah untuk mengurusi hewan ternaknya. Umumnya bapak-bapak, dan kembali sore.

Kondisi warga di lokasi pengungsian cukup nyaman, namun tim psikologi melaporkan anak-anak sudah nampak jenuh dan sedikit masih mengalami trauma. Saat hujan abu kembali terjadi, ada yang berlarian ke luar rumah, mudah panik dan hilang fokus.

Dari tim geografi, kata Ardian, telah menjangkau lokasi terdampak dan melakukan pemetaan udara. Dari pemetaan ini, rencananya akan digunakan untuk validasi rumah terdampak sesuai nama dan alamat masing-masing melalui program KKN PPM.

Selain itu, tim melakukan pemetaan kondisi terbaru akibat banjir lahar susulan yang terjadi Kamis pekan lalu. Tim menerbangkan drone di atas Dusun Renteng dan Kebondeli karena di wilayah tersebut menjadi salah satu lokasi terdampak.

Ada luapan aliran lahar yang melebihi tanggul, kemungkinan bila ada air susulan banjir sepertinya akan ada banyak pengungsi tambahan dari Kebondeli. Padahal, kondisi sungai di Dusun renteng sangat penuh material, berbahaya bila hujan.

Bila terjadi hujan intensitas dan curah hujan yang sangat lebat akan terjadi banjir lagi dan bisa membahayakan Kebondeli. Karenanya, ia berpendapat, perlu pemasangan alat peringatan dini sepanjang aliran sungai menuju Dusun Renteng. "Sehingga, bila terjadi banjir lagi masyarakat bisa lebih antisipasi," ujar Ardian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement