Selasa 11 Jan 2022 08:26 WIB

Vakum Dua Tahun, Wayang Orang Ngesti Pandowo Akhirnya Pentas Lagi

Panggung perdana WO Ngesti Pandowo tersebut memang sudah sangat dinantikan.

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Yusuf Assidiq
Pagelaran perdana Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo --setelah hampir dua tahun vakum berkesenian akibat Covid-19-- digelar di gedung kesenian Ki Narto Sabdo, komoleks TBRS, Kota Semarang, Sabtu (8/1) malam.
Foto: Republika/bowo pribadi
Pagelaran perdana Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo --setelah hampir dua tahun vakum berkesenian akibat Covid-19-- digelar di gedung kesenian Ki Narto Sabdo, komoleks TBRS, Kota Semarang, Sabtu (8/1) malam.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Asa para pelaku kesenian yang tergabung dalam Wayang Orang (WO) Ngesti Pandowo kembali membuncah. Sebagai pekerja seni, mereka sudah bisa manggung kembali setelah hampir dua tahun vakum dari kegiatan berkesenian akibat pandemi Covid-19.

Maka, Sabtu (8/1) malam kemarin, menjadi momentum yang sangat spesial bagi anggota kelompok kesenian wayang orang yang sudah berdiri sejak 1937 ini. Karena menjadi pentas perdana sejak mereka tampil terakhir 14 Maret 2020 lalu.

Terlebih pentas yang dihelat pada akhir pekan dan memainkan lakon Semar Boyong tersebut juga disaksikan para penggemar serta penikmat kesenian wayang orang, yang juga telah sekian waktu menahan dahaga akan hiburan rakyat yang cukup legendaris di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Tak terkecuali anggota Komisi X DPR RI asal Kota Semarang, AS Sukawijaya atau yang akrab disapa Yoyok Sukawi, juga turut berada di tengah-tengah penonton dan mendukung pagelaran perdana WO Ngesti Pandowo tersebut.  

“Tentunya, ini sangat menggembirakan sekaligus juga mengharukan, karena WO Ngesti Pandowo bisa menyapa kembali penggemarnya,” ungkap Maryoko, salah satu pelakon wayang orang yang dikonfirmasi di Gedung Ki Narto Sabdho, kompleks Taman Budaya Raden Saleh (TBRS), Kota Semarang.

Selama hampir dua tahun masa PSBB hingga PPKM, para seniman WO Ngesti Pandowo praktis tidak lagi bisa berkesenian dan anggota WO Ngesti Pandowo yang mengandalkan penghasilan dari panggung pun tidak ada pemasukan lagi.     

Hal yang sama diamini oleh Agus Wariyanto, pegiat kesenian wayang orang lainnya, yang juga tampil pada pentas perdana WO Ngesti Pandowo, setelah vakum karena pandemi Covid-19 tersebut.

Ia masih ingat, sebelum pandemi melanda Jawa Tengah dan Kota Semarang,  tepatnya pada  pertengahan Maret 2020, WO Ngesti Pandowo tengah menyiapkan pentas spesial, karena bertepatan dengan hari jadinya.

Saat itu, pentas bakal digelar 21 Maret 2020. Saat tiket sudah terjual, bintang tamu yang akan tampil pada pagelaran spesial, pemerintah mengumumkan Pembatasan Ssial Berskala Besar (PSBB) pada 20 Maret 2020.

Termasuk di antaranya untuk berbagai kegiatan budaya juga tidak diizinkan. “Sehingga pagelaran untuk memperingati hari jadi WO Ngesti Pandowo itu pun batal digelar,” jelas Agus, yang juga Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Jateng ini.

Maka, lanjutnya, panggung perdana WO Ngesti Pandowo tersebut memang sudah sangat dinantikan, tidak hanya oleh para pelaku kesenian wayang orang yang ada di dalamnya, namun juga masyarakat yang telah menjadikan kesenian wayang orang ini sebagai ‘klangenan’.

“Terlebih, mulai akhir pekan ini dan  akhir pekan selanjutnya WO Ngesti Pandowo bakal bisa tampil lagi secara rutin, meski jumlah penonton masih dibatasi sesuai dengan ketentuan PPKM level daerah di Kota Semarang,” lanjunya.

Kembali manggungnya WO Ngesti Pandowo juga disyukuri oleh Dwieke, salah satu anggota perkumpulan wayang orang profesional tersebut. Sebab, selama masa pandemi, situasi yang serba sulit harus dihadapi oleh anggota perkumpulan kesenian tersebut.

Khususnya mereka yang hanya mangandalkan pemasukan dari panggung. “Kalau saya, kebetulan sudah punya profesi sebagai guru, namun juga aktif melestarikan budaya dan bergabung dengan WO Ngesti Pandowo. Tetapi banyak juga mereka yang menyadarkan hidup dari panggung WO Ngesti Pandowo,” jelasnya.   

Guna meyambung hidup, lanjutnya, beberapa di antaranya harus ‘jatuh bangun’ agar dapur tetap mengepul, ada yang berusaha kecil-kecilan dengan berjualan, ada yang bekerja paruh waktu, ada juga yang bekerja serabutan.

Hal lain yang juga patut disyukuri, lanjut Dwieke, adalah perhatian kepada para pekerja seni, termasuk anggota WO Ngesti Pandowo, baik oleh Pemprov Jateng maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang tetap diberikan.

Bantua berupa pemenuhan kebutuhan pokok selama kegiatan berkesenian maupun kegiatan budaya vakum juga diberikan. Sehingga juga sangat meringankan beban para pekerja seni yang harus menghadapi situasi sulit.

“Kini, saat kami bisa manggung kembali, semoga tidak ada lagi ‘bumi gonjang-ganjing, langit kelap-kelap’, bagi pelaku seni di perkumpulan WO Ngesti Pandowo ini,” tambahnya.

Sementara itu, Damai Santosa, pelakon wayang orang lainnya mengungkapkan, sebelum pementasan Semar Boyong, WO Ngesti Pandowo juga sempat berkegiatan tetapi hanya secara virtual.

Namun untuk tampil di hadapan penggemar wayang orang secara langsung baru kali ini, yang melibatkan tak kurang 125 orang pelaku seni.

“Kalau biasanya setiap WO Ngesti Pandowo manggung hanya dimainkan oleh sekitar 60 an orang, kali ini melibatkan 125 orang, karena cerita Semar Boyong memang mengisahkan tiga keraton pewayangan,” jelas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement