Rabu 19 Jan 2022 03:46 WIB

RSA UGM Aktifkan Ruang Isolasi Jika Kasus Omicron Melonjak

Bagi masyarakat yang menderita Covid-19 diharapkan tidak sungkan berobat ke RSA.

Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM
Foto: UGM
Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Direktur Medik dan Pelayanan, Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM dr Ade Febrina mengatakan pihaknya siap mengaktifkan layanan rumah sakit khusus Covid-19 apabila terjadi lonjakan kasus omicron di DIY dan sekitarnya. Sebab sebelumnya RSA UGM sudah memiliki pengalaman sebagai RS rujukan Covid-19 di DIY, sehingga sudah mempunyai alur yang bisa segera diaktifkan kembali bila terjadi lonjakan kasus varian Omicron maupun varian lainnya.

"Secara fasilitas sarana prasarana, terdapat 245 bed dengan tekanan negatif yang bisa segera berubah fungsinya menjadi ruang ranap infeksi untuk ranap (rawat inap-Red) reguler dan intensive care,” kata Ade kepada wartawan, Selasa(18/1).

Ia menyebutkan RSA UGM memiliki 467 bed dan Lab Diagnostik Covid-19 24 jam baik untuk pemeriksaan antigen dan RT-PCR untuk penanganan pasien yang terindikasi Covid-19. Di RSA UGM sendiri, terdapat gangunan gedung khusus perawatan Covid-19 di RSA terpisah dengan layanan reguler. Dari mulai pendaftaran, kasir, apotek, poliklinik, rawat inap hingga Intensive Care Unit (ICU) sengaja dikhususkan menangani pasien Covid-19. Semua petugas menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level tiga sesuai standar yang ditetapkan oleh WHO.

“Karenanya RSA UGM siap menghadapi Covid-19 dengan aktivasi sistem tersebut,” ujarnya.

Bagi masyarakat yang menderita Covid-19, kata Ade, untuk tidak sungkan berobat ke RSA UGM dan tidak perlu khawatir tentang pembiayaan, karena pemerintah Indonesia menjamin rakyatnya yang terjangkit Covid-19 dengan penjaminan dari Kementerian Kesehatan yang melakukan pemeriksaan di fasilitas kesehatan baik rawat jalan maupun rawat inap. Sementara untuk pasien yang isolasi mandiri yang telah melakukan pemeriksaan kesehatan di RSA UGM akan dibantu monitoring kesehatannya melalui sistem monitor isolasi mandiri.

"Lewat sistem ini pasien akan tahu apakah kondisinya membaik,atau memburuk, kapan harus periksa ke rumah sakit kembali," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement