Rabu 19 Jan 2022 09:10 WIB

Sebanyak 323 Kasus HIV Ditemukan di Surabaya Sepanjang 2021

Penderita dan orang yang tertular HIV tidak menunjukkan gejala apa pun.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi
HIV/AIDS (Ilustrasi)
Foto: Flickr
HIV/AIDS (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Surabaya disebut-sebut tertinggi se-Jawa Timur. Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina mengakui, sepanjang 2021 pihaknya menemukan 323 kasus HIV yang saat ini dalam proses pengobatan atau telah mendapat penanganan oleh Pemkot Surabaya. Sebab, penderita dan orang yang tertular HIV tidak menunjukkan gejala apa pun.

Pada penyebarannya, kata dia, virus ini lebih sering menjangkit kelompok heteroseksual dan orientasi seksual antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk usia yang paling banyak terjangkit virus ini adalah usia 25 hingga 44 tahun.

“Tapi usia paling tinggi adalah usia 25 hingga 29 tahun, kemudian disusul usia 30 hingga 32 tahun. Paling banyak terjangkit adalah kaum laki-laki dengan persentase 73 persen,” kata Nanik di Surabaya, Rabu (19/1).

Nanik melanjutkan, untuk jenis pekerjaan yang rawan terjangkit virus HIV/AIDS adalah karyawan dengan persentase 46,2 persen. Kemudian disusul ibu rumah tangga dengan 18,9 persen, dan wiraswasta 14,6 persen. Selanjutnya pada kelompok seksual tertentu, yakni homoseksual sebanyak 46 persen, heteroseksual 49 persen, dan biseksual 2,3 persen.

“Edukasi dan mencegah itu penting, apalagi pada keluarga karena ibu rumah tangga juga berisiko terpapar virus. Sedangkan untuk kecamatan yang paling banyak penderita HIV/AIDS adalah Kecamatan Sawahan dan Kecamatan Tambaksari," ujar Nanik.

Pemerintah Kota Surabaya diakuinya secara intensif melakukan sosialisasi dan melakukan skrining untuk menekan kasus HIV. Yakni dengan menggalakkan deteksi dini HIV dan melakukan pendekatan kepada kelompok resiko tertular HIV seperti waria, pekerja sex, IMS (penyakit akibat infeksi yang dapat tertular melalui hubungan seksual), dan pengguna narkoba jarum suntik.

“Lalu pada kelompok rentan tertular HIV, seperti ibu hamil, calon pengantin, pekerja hiburan, ABK (Anak Buah Kapal), dan pekerja pabrik,” kata Nanik.

Nanik menjelaskan, pihaknya juga melakukan skrining pada pasien dengan penyakit tertentu yang kemungkinan dapat disertai HIV. Seperti pasien IMS, pneumonia, dermatitis kronis, dan diare. Dengan semakin gencarnya melakukan skrining, alhasil pihaknya menemukan banyak temuan kasus.

“Dengan keaktifan kami, akhirnya kasus semakin tinggi terdeteksinya. Pemeriksaan HIV ini ada di 63 Puskesmas di Kota Surabaya, 54 rumah sakit, satu klinik berbasis pemerintah, dan satu klinik milik kantor kesehatan pelabuhan (KKP)" ujarnya.

Untuk penanganannya, kata Nanik, yakni dengan memberikan pengobatan gratis di 13 Puskesmas dan 10 rumah sakit di Kota Surabaya. Kemudian, pihaknya juga memberikan pendampingan, konseling, dan memberikan home care ke rumah penderita HIV, serta memberikan dukungan.

“Dari kelurahan juga memberikan susu dan permakanan untuk penderita yang tidak mampu. Kita juga selalu memberikan informasi yang komprehensif terhadap pencegahan penularan yang rutin kita lakukan kepada sekolah, mahasiswa, kelompok pekerja hiburan, dan masyarakat luas," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement